Kuncinya substitusi impornya harus berbasis inovasi
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mendorong para peneliti dan akademisi di Tanah Air untuk melahirkan inovasi baru untuk substitusi impor sehingga mengurangi ketergantungan bangsa Indonesia terhadap impor.

"Kuncinya substitusi impornya harus berbasis inovasi tidak hanya sekadar 'reverse engineering' atau tidak hanya sekadar meng-'copy' produk dari luar," kata Menristek Bambang dalam acara pengumuman Pendanaan Penelitian untuk PTNBH yang ditayangkan secara virtual, Jakarta, Selasa.

Menristek Bambang menuturkan salah satu produk inovasi baru untuk substitusi impor terkait skrining COVID-19 adalah GeNose, alat penapisan COVID-19 berbasis embusan nafas dengan menggunakan kecerdasan artifisial. Alat itu dibuat dari hasil riset Universitas Gadjah Mada.

"GeNose dipakai untuk skrining dengan teknologi dan inovasi yang belum dilakukan oleh orang lain," tutur Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu.

Baca juga: Kemristek kucurkan Rp399,3 miliar hibah riset PTNBH 2021

Baca juga: Mendikbud dorong Universitas Brawijaya jadi PTNBH


Menurut dia, kegiatan riset dan pengembangan yang diharapkan mengganti substitusi impor dengan alat dan pendekatan yang berbeda dengan produk yang diimpor, namun fungsinya sama.

"Jadi kita pakai inovasi untuk menggantikan peran dari fungsi yang sama yang selama ini harus diimpor dan membuat kita kelabakan karena mengganggu tentunya neraca perdagangan," ujarnya.

Inovasi untuk komersialisasi dan memberikan nilai tambah yang juga menjadi fokus kegiatan riset ke depan.

Diharapkan, berbagai produk inovasi ke depan benar-benar dapat meningkatkan daya saing Indonesia dan membawa Indonesia keluar dari ketergantungan terhadap barang impor.

Baca juga: Forum Rektor dorong perguruan tinggi gunakan GeNose C19 dan CePAD

Baca juga: Menjadikan perguruan tinggi sebagai tambang inovasi

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021