"Pola sama, mengandalkan kekuatan eskavator. Kalau manual tidak akan mampu dengan timbunan tanah lengket itu,"...
Nganjuk (ANTARA) - Petugas gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI/polri serta relawan melanjutkan pencarian enam korban longsor yang saat ini masih belum ditemukan setelah musibah tanah longsor di Desa Ngetos, Kabupaten Nganjuk, terjadi Minggu (14/2).

"Hingga sekarang masih enam korban lagi. Pencarian tetap dilanjutkan, cuaca juga bagus," kata Kepala Basarnas Jatim Hari Adi Purnomo di Nganjuk, Kamis.

Petugas gabungan juga tetap fokus pencarian para korban di sektor A yang berada di sebelah utara. Hal itu juga sesuai dengan keterangan perangkat desa setempat dan warga selamat yang tinggal di sekitar lokasi tanah longsor.

Dalam pencarian para korban, petugas juga tetap mengandalkan kekuatan eskavator. Terdapat lima unit eskavator yang dioperasionalkan. Selain itu, juga ada bantuan dari anjing pelacak, dengan harapan posisi korban segera ditemukan.

"Pola sama, mengandalkan kekuatan eskavator. Kalau manual tidak akan mampu dengan timbunan tanah lengket itu," kata dia.

Hari juga mengatakan, saat proses pencarian para korban tersebut petugas memang harus berhati-hati, karena tanah labil dan agak gembur. Hal itu efek dari hujan yang setiap hari terjadi.
Baca juga: BPBD survei geologi, seismik, udara antisipasi longsor susulan Nganjuk

Pihaknya berharap tidak ada longsor susulan di lokasi, agar pencarian bisa lebih dioptimalkan. Diharapkan pencarian hari keempat ini seluruh korban bisa ditemukan.

Pada pencarian Rabu (17/2) terpaksa dilakukan pengentian pencarian lebih cepat, karena hujan yang turun. Hal itu mengantisipasi terjadinya longsor susulan mengingat tanah di daerah tersebut masih labil.

"Kami juga antisipasi cuaca mulai gelap sudah langsung pasukan kami geser. Memang tanahnya gembur, untuk itu, operator dari eskavator kita berikan briefing (pengarahan) tentang safety (keamanan) bagi mereka," kata dia.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur juga telah melakukan survei geologi, seismik dan udara untuk mengantisipasi longsor susulan yang dikhawatirkan terjadi di Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.

Kasi Kedaruratan BPBD Jatim Satriyo Nurseno mengatakan survei geologi dilakukan dengan melihat struktur tanah dan batu-batuan di sekitar lokasi longsor.

Sedangkan survei seismik dilakukan dengan menggunakan seismograf untuk mengukur indeks kerentanan tanah yang difokuskan di tiga titik, yakni kaki longsoran, belakang Masjid Riyadhatut Tholibin di sekitar lokasi dan di badan longsor.
Baca juga: 400 personel dikerahkan cari korban tertimbun longsor Nganjuk
Baca juga: ACT Madiun kirim relawan bantu penanganan bencana Nganjuk

Sementara survei udara dilakukan menggunakan drone di seluruh area lokasi longsoran yang selalu diperbarui setiap pagi dan sore hari.

Berdasarkan survei tiga jenis tersebut didapati adanya rekahan-rekahan baru yang searah dengan arah longsor.

Selain itu, juga ditemukan dua jenis struktur batuan berbeda, yaitu di sisi utara lebih banyak batuan mengalami pelapukan dan sisi selatan merupakan formasi batuan andesit yang masih kuat.

Survei udara juga menemukan adanya aliran air dari sumber yang berpotensi menambah debit air terserap tanah.

"Kemiringan bidang longsoran juga terpotret maksimum 56 derajat, dan sore ini kondisinya juga turun hujan," kata dia.

Terjadi tanah longsor di Dusun Selopuro, Desa/kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, pada Minggu setelah hujan deras mengguyur daerah ini. Akibatnya, 10 rumah warga rusak, yakni delapan rumah warga tertimbun dan dua rusak berat.

Di daerah tersebut, ada 186 orang warga yang terdata. Dari jumlah itu, 21 orang di antaranya dinyatakan hilang. Setelah pencarian, dua orang berhasil selamat, enam orang masih dicari dan sisanya sudah meninggal dunia. (*)
Baca juga: Basarnas fokus pencarian tujuh korban di sektor A

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021