Ini untuk meningkatkan mekanisme CPPCC dalam memanfaatkan kekuatan dari sistem partai politik model baru
Beijing (ANTARA) - Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (CPPCC) berjanji akan membangun hubungan lebih erat lagi dengan berbagai pihak di luar Partai Komunis yang sedang berkuasa di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu.

"Melalui pertemuan dengan perwakilan dari berbagai sektor berbeda, kami akan membangun hubungan yang lebih dekat lagi dengan kaum intelektual dan perwakilan non-partai dari berbagai etnis minoritas, kelompok agama, sektor nonpemerintahan, dan strata sosial baru," kata Ketua CPPCC Wang Yang saat membuka Sidang Umum CPPCC di Balai Agung Rakyat, Beijing, Kamis.

Menurut dia, hal itu bagian dari implementasi atas regulasi yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja Front Bersatu Partai Komunis China (CPC).

"Ini untuk meningkatkan mekanisme CPPCC dalam memanfaatkan kekuatan dari sistem partai politik model baru," kata anggota Komite Tetap Biro Politik Komite Sentral CPC itu.

Pihaknya mengaku sudah beberapa kali menggelar forum konsultasi khusus dengan beberapa unsur kelompok etnis minoritas dan kelompok agama di China.

"Kami juga mendukung Dewan Ekonomi dan Sosial China dan Komite China untuk Agama dan Perdamaian dalam memperjelas status dan prinsipnya untuk menanggapi berbagai isu," ujar politikus berusia 65 tahun itu dalam acara yang juga dihadiri Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang itu.

Kedua organisasi yang disebut Wang itu merupakan lembaga non-CPC yang beberapa waktu lalu bertemu dengan Presiden Xi.

Masalah etnis minoritas di China, khususnya etnis Muslim Uighur di Daerah Otonomi Xinjiang telah menjadi sorotan dunia, baik menyangkut masalah sosial dan hak asasi manusia.

CPPCC terdiri dari berbagai perwakilan partai di pusat dan daerah serta kelompok etnis, agama, dan profesi yang menggelar sidang umum setiap bulan Maret di Balai Agung Rakyat dirangkai dengan Sidang Kongres Rakyat Nasional (NPC).

Namun tahun 2020, Sidang Tahunan CPPCC-NPC yang dikenal dengan sebutan "Lianghui" itu digelar pada bulan Mei karena pandemi COVID-19.

Lianghui tahun ini juga menandai peringatan 100 tahun berdirinya CPC dan 110 tahun Revolusi China yang dipelopori oleh Sun Yat Sen pada 1911.

Sidang parlemen terbesar di dunia itu juga dihadiri oleh beberapa utusan perwakilan negara sahabat, termasuk Indonesia.

Baca juga: Saham China ditutup anjlok, Indeks Komposit Shanghai jatuh 2,05 persen

Baca juga: Guinea dapat sumbangan 200.000 dosis vaksin COVID dari China

 

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021