Jakarta (ANTARA) -
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan peluncuran buku 'Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam' menjadi panduan bagi setiap kader PDI Perjuangan (PDIP) untuk peduli terhadap lingkungan.
 
Hasto Kristiyanto saat peluncuran buku yang dipusatkan di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Rabu, menegaskan Megawati memang sejak dulu mengajarkan kepada para kader untuk peduli lingkungan.
 
Hasto juga menilai Presiden Kelima RI itu selalu mendorong politik kebangsaan harus juga mengedepankan politik lingkungan.
 
"Kami di partai oleh Bu Megawati agak terharu, karena beliau selalu mengajarkan kami berpolitik itu merawat kehidupan, berpolitik itu membangun peradaban. Maka kebiasaan beliau menanam bagi kami itu jadi sesuatu tradisi kontemplasi yang di mana bagi seluruh kader PDIP sangat penting," kata Hasto dalam siaran persnya.
 
Megawati juga mengajarkan nilai luhur tentang kebudayaan "memayu hanuning bawana". Maknanya, seluruh manusia harus menyatu dengan alam raya.
 
Apalagi, Indonesia merupakan negara yang dikaruniai keindahan yang luar biasa serta keanekaragaman flora dan fauna.
 
"Kami harus kembangkan sebagai suatu bentuk semangat untuk berdikari. Kalau kami melihat dari apa yang disampaikan Bu Mega, rasanya kami harus terus membangun semangat juang itu agar Indonesia yang gemah ripah loh jinawi ini, mampu berdaulat di bidang pangan sehingga kita tidak perlu lagi impor. Karena tinggal kemauan dari kita," jelas Hasto.

Baca juga: PDIP luncurkan Buku Megawati Soekarnoputri tentang peduli lingkungan
 
Dua penulis buku Merawat Pertiwi ini, yaitu Kristin Samah dan Maria Karsia menyampaikan latar belakang dan isi karya mereka itu.
 
Kristin menjelaskan buku kelima yang ditulisnya itu untuk Megawati mengandung banyak nilai-nilai kehidupan.
 
Kristin mengatakan pihaknya menampilkan sosok yang berbeda dari Megawati yang selama ini dikenal mapan di bidang politik.
 
"Ini jauh lebih bernilai dari sekadar politik, buku yang terakhir ini. Kalau mengutip pernyataan Pak Sekjen di prolog, ini adalah kitab kehidupan," kata Kristin.
 
Dalam buku ini, kata Kristin, pihaknya memperbanyak foto yang monumental dan menuliskan kutipan langsung dari Megawati. Dia menilai metode tersebut membuat buku ini enak sekaligus ringan dibaca.
 
"Bukan karena pendek-pendek naskahnya, bobotnya kurang. Justru bobotnya sangat substansial. Karena berbicara soal politik pangan, politik, cara berpolitik yang beradab dan seterusnya. Banyak sekali nilai-nilainya," jelas Kristin.

Baca juga: Doni Monardo: Megawati miliki pengetahuan luas tentang jenis vegetasi
 
Sementara itu, Maria menjelaskan, banyak pelajaran yang dipetik dari seorang Megawati di dalam buku ini. Maria mengaku Megawati banyak mengenal tanaman, termasuk tanaman langka. Bahkan, Megawati juga menceritakan kunang-kunang di balik kehidupan.
 
Maria juga mengaku harus mencari foto kunang-kunang dari berbagai daerah. Dia menyadari hal itu sangat sulit. Dia mengaku mencari kunang-kunang di Jakarta dan Jawa Barat, tetapi tak kunjung didapat. Akhirnya, kata Maria, kunang-kunang berhasil ditemui di Tabanan, Bali.
 
"Oleh Bupati Ni Putu Eka Wiryastuti, itu ada rupanya di Tabanan. Karena masih persawahan tidak adanya pestisida, jadi kunang-kunang nyaman di situ. Kunang-kunangnya hidup di situ. Itu adalah indikator kehidupan. Itu baru saya sadari dan itu adalah ajaran Ibu Mega yang disampaikan kepada kadernya. Jagalah lingkungan lalu berikanlah keseimbangan pada ekosistem," jelas Maria.
 
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bidang Pangan, Pertanian, Kehutanan, dan Lingkungan Hidup I Made Urip menilai buku ini membuktikan bahwa kehidupan putri Proklamator RI Bung Karno itu layak menjadi teladan rakyat. Khususnya bagi kader partai. Dia mendorong semua kader PDIP untuk membaca buku ini.
 
"Kami juga atas perintah Bu Megawati mencanangkan gerakan menanam yang dilakukan secara insentif. Mudah-mudahan lingkungan kita lestari," kata Made Urip yang juga anggota Komisi IV DPR itu.
 
Di acara itu, hadir juga Menteri Sosial Tri Rismaharini, mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih, mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraf.
 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021