Demi keberlanjutan siklus hidup makhluk hidup, gagasan untuk melakukan kegiatan untuk menjaga lingkungan hidup, termasuk menanam pohon dan tumbuhan lainnya, mesti terus dilakukan
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang membatasi adanya kegiatan fisik, mengingat protokol kesehatan mensyaratkan mengurangi kerumunan, tidak mengurangi munculnya beberapa kegiatan inovatif dan kreatif.

Munculnya gagasan inovatif dan kreatif, berupa kegiatan pro-lingkungan, seperti berbentuk menanam pohon atau melakukan penghijauan selama pandemi COVID-19 juga terus bermunculan.

Kegiatan menanam pohon disepakati sebagai aksi yang sedang, terus dan akan dibutuhkan, terlebih dampak pemanasan global sudah dirasakan di berbagai penjuru dunia, tidak terkecuali di Indonesia.

Fakta keras tak terbantahkan adalah kondisi cuaca panas, yang siklusnya silih berganti dan berdasarkan laporan media, terjadi di hampir banyak wilayah.

Dalam kondisi seperti itulah maka menanam pohon dan penghijauan adalah gerakan yang tidak boleh surut dilakukan.

Dalam kaitan itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, saat peringatan Hari Hutan Internasional (HHI) 2021 secara virtual pada 31 Maret 2021 menyampaikan pesan kepada masyarakat agar dapat turut serta menjaga kelestarian hutan.

Ia menekankan prinsip "setiap pohon sangat berarti", yakni kegiatan penanaman dan pemulihan lahan -- meskipun dalam skala kecil --, dapat berdampak besar.

Contohnya, penghijauan kota dapat menciptakan udara yang lebih bersih dan ruang yang lebih indah serta memiliki manfaat besar bagi kesehatan mental dan fisik penduduk perkotaan.

Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa pohon di perkotaan memberikan manfaat yang sangat bernilai dengan mengurangi polusi udara, mendinginkan bangunan, dan menyediakan layanan lainnya.
Ketua Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Zaimul Azzah (kanan) menjadi narasumber pada peluncuran kegiatan "Candi Darling From Home" secara virtual yang digagas Bakti Lingkungan Djarum Foundation melalui Program Siap Sadar Lingkungan (Siap Darling) di Jakarta, Rabu (7/4) 2021). (FOTO ANTARA/HO-Bakti Lingkungan Djarum Foundation)

Pelibatan masyarakat

Prinsip lainnya yang dicuatkan Menteri LHK adalah pelibatan dan pemberdayaan masyarakat untuk mengelola hutan secara berkelanjutan sebagai langkah penting menuju perubahan yang positif.

Lingkungan yang sehat membutuhkan keterlibatan pemangku kepentingan, terutama di tingkat lokal sehingga masyarakat dapat mengatur dan mengelola lahan tempat mereka dengan lebih baik.

"Pemberdayaan masyarakat membantu memajukan solusi lokal dan mendorong partisipasi dalam restorasi ekosistem. Ada peluang untuk membangun kembali lanskap hutan yang adil dan produktif, serta menghindari risiko buruk terhadap ekosistem dan masyarakat yang ditimbulkan oleh perusakan hutan," kata Siti Nurbaya.

Salah satu yang menyambut prinsip yang diutarakan Menteri LHK itu, yakni pelibatan masyarakat, adalah yang dilakukan Bakti Lingkungan Djarum Foundation melalui Program Siap Sadar Lingkungan (Siap Darling), yang meluncurkan kegiatan "Candi Darling From Home".

Peluncuran program itu dilakukan melalui diskusi daring di Jakarta, Rabu (7/4) 2021 dengan menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Ketua Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Zaimul Azzah, pegiat lingkungan yang juga aktor Ramon Y Tungka dan Program Associate Bakti Lingkungan Djarum Foundation Tania Anggriani Arbi.

Dalam kaitan pelibatan masyarakat, Tania Anggriani Arbi menegaskan bahwa sasaran utama adalah kalangan milenial, yakni generasi muda dan mahasiswa, yang diajak untuk peduli lingkungan.

Mekanisme pelaksanaan Candi Darling From Home sepenuhnya berlangsung daring.

Anak-anak muda peduli lingkungan yang ingin berpartisipasi bisa menguggah kegiatan bertema peduli lingkungan di akun media sosialnya dan memberikan tagar #CandiDarlingFromHome serta menuliskan tag akun resmi @siapdarling.

Setiap satu unggahan akan dihitung sebagai donasi satu bibit pohon yang akan ditanam di kawasan Candi Sambisari, Candi Banyunibo dan Candi Barong di Yogyakarta.

Selain itu, aksi dan wujud cinta lingkungan juga dapat dilakukan dengan kegiatan lari dan bersepeda yang akan dikonversi menjadi satu buah bibit pohon.

Candi Darling From Home menargetkan partisipasi generasi muda dapat menghimpun tidak kurang dari 10 ribu pohon dan tanaman yang nantinya akan ditanam di Candi Sambisari, Candi Banyunibo dan Candi Barong.

Seluruh bibit pohon dan tanaman berasal dari Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) Djarum Foundation yang terletak di Kudus, Jawa Tengah. Jenis yang akan ditanam juga menyesuaikan karakteristik dan lingkungan tempat candi tersebut berada.
Mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta menanam pohon dan semak berbunga di kawasan situs purbakala Komlek Candi Ratu Boko di Dusun Dawung, Desa Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (12/11/2019). (FOTO ANTARA/Andi J/HO-DTFL)

Meneduhkan ekosistem

Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Zaimul Azzah memberikan apresiasi terhadap kegiatan Candi Darling From Home yang digagas Bakti Lingkungan Djarum Foundation.

BPCB DIY adalah unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang pelestarian cagar budaya yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Kebudayaan

Kegiatan seperti itu, selain berkaitan dengan peduli lingkungan dalam bentuk penanaman pohon, diharapkan dapat semakin menumbuhkan kecintaan dan rasa memiliki terhadap warisan sejarah bangsa.

Setelah lebih dari satu tahun, katanya, kita tidak keluar rumah, Candi Darling From Home menjadi terobosan agar generasi muda tetap mencintai situs sejarah.

Ekosistem di ketiga candi tersebut sudah ada tanaman, namun melalui program itu, tanaman yang ada bisa lebih variatif dan lebih mempercantik kawasan.

Jadi, tanaman dan pohon yang digunakan adalah yang sifatnya mempercantik area dan kawasan sehingga menjadi lebih teduh.

Pemerintah sendiri, seperti tertuang dalam Instruksi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan INS.1/MENLHK/PDASHL/DAS.1/8/2017 memiliki program menanam dan memelihara sekurang-kurangnya 25 pohon selama hidup.

Angka 25 batang pohon itu berasal dari 5 batang saat sampai jenjang SD, 5 batang SMP, 5 batang SMA, 5 batang perguruan tinggi, dan 5 batang saat menikah.

Bahkan, pada 2 Agustus 2017, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan prangko edisi khusus guna mengajak masyarakat Indonesia untuk menanam minimal 25 pohon per warga untuk seumur hidup.

Kepala Negara juga menjadikan penanaman bibit pohon sebagai acara wajib saat menerima kunjungan kenegaraan para pemimpin dunia yang datang ke Indonesia.

Sejumlah tamu kenegaraan dunia yang pernah diajak Presiden untuk menanam pohon di Istana Negara di antaranya Presiden Korea Selatan, Raja Salman (Arab Saudi), Raja Carl Gustav XVI (Swedia), PM Lee Hsien Long (Singapura) dan Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani (Qatar).

Kegiatan menanam pohon pada acara kenegaraan itu juga sekaligus sebagai kampanye gerakan penyelamatan lingkungan agar lebih mendunia.

Pada akhirnya, demi keberlanjutan siklus hidup makhluk hidup, gagasan untuk melakukan kegiatan untuk menjaga lingkungan hidup, termasuk menanam pohon dan tumbuhan lainnya, mesti terus dilakukan.

Di saat pandemi COVID-19, aksi pro-lingkungan tetap bisa dilakukan, termasuk menyuarakannya dari rumah secara daring.


Baca juga: Situs purbakala Ratu Boko dihijaukan ribuan pepohonan

Baca juga: Candi Gedongsongo lereng Gunung Ungaran ditanami akar wangi

Baca juga: Candi Prambanan dihijaukan ribuan semak berbunga dan pohon

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021