Pandemi selama lebih dari setahun memaksa kami untuk bertahan. Strategi kami mengurangi karyawan, menutup sementara toko, dan menjual secara online
Semarang (ANTARA) - Pedagang batik khas Pekalongan di Jawa Tengah, berjibaku menghadapi pelemahan pasar akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.
 
Ketua Ikatan Pedagang Pasar Grosir Batik Setono Rozakon saat ditemui di Pekalongan, Rabu, mereka harus mengurangi karyawan dan menutup toko untuk memangkas biaya operasional, serta beralih teknik pemasaran dari konvensional menjadi daring.
 
Kondisi tersebut, lanjut Rozakon, diperparah dengan kebijakan larangan mudik mulai 6-17 Mei 2021 sehingga kian berdampak terhadap penurunan omzet usaha.
 
"Kalau enggak ada mudik akan sangat mempengaruhi omzet karena pasar ini adalah wisata belanja," kata Rozakon.
 
"Pandemi selama lebih dari setahun memaksa kami untuk bertahan. Strategi kami mengurangi karyawan, menutup sementara toko, dan menjual secara online," tambahnya.
 
Rozakon mengatakan penurunan omzet pedagang batik mencapai 50 persen selama pandemi akibat pembatasan orang-orang berpergian ke luar kota. Sebelum pandemi, mereka bisa meraup penghasilan sekitar Rp100 juta sampai Rp200 juta per bulan. Kini berkisar Rp80 juta sampai Rp150 juta saja setiap bulan.
 
Berdasarkan pantauan di lapangan, suasana Pasar Grosir Batik Setono tampak lengang. Kawasan parkiran pasar yang berada dekat pintu keluar Tol Batang-Pekalongan juga terlihat sepi.
 
"Sekarang penjual batik generasi muda mulai kelola kios. Mereka memfoto batik, lalu posting ke media sosial ataupun aplikasi e-commerce yang membuat batik bisa laku terjual," kata Rozakon.
 
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy menyampaikan tidak semua usaha lokal mampu menggunakan teknologi digital apalagi UKM.
 
Data dari total seluruh UMKM di Indonesia, lanjut dia, baru sekitar 20 persen UKM yang menggunakan atau mengoptimalkan teknologi digital.
 
"Berangkat dari sini salah satu poin evaluasi yang perlu dilakukan pemerintah, yaitu mendorong industri lokal untuk adaptif terhadap penggunaan teknologi digital dan meningkatkan daya saing industri lokal," kata Rendy.
 
Dia mengungkapkan beberapa masalah klasik masih membayangi industri lokal di hulu, seperti pembiayaan, pemasaran, hingga kemudahan dalam mendapatkan bahan baku masih akan menjadi tantangan yang perlu dijawab pemerintah terutama dalam konteks bersaing dengan produk impor luar negeri.
 
Seperti diketahui, pemerintah melalui sinergi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika mencanangkan program Hari Bangga Buatan Indonesia 2021 pada 5 Mei 2021.
 
Pencanangan Hari Bangga Buatan Indonesia 2021 didukung 72 platform e-commerce yang memberikan sejumlah promosi niaga elektronik pada 5-13 Mei 2021 mendatang.
 
Pemerintah mendorong platform e-commerce untuk menyediakan program gratis ongkos kirim dan program-program promosi belanja.

Baca juga: Mengantar karya pengrajin Garut & Pekalongan jadi busana batik modern
Baca juga: Museum Batik Pekalongan didorong tambah koleksi untuk daya tarik
Baca juga: Pedagang Pasar Tanah Abang mengaku alami penurunan omzet

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021