Jakarta (ANTARA) - Komunitas tani, Manna Salwa Indonesia meluncurkan gerakan pangan bagi anak-anak hafizh Quran, yatim dan dhuafa sekaligus menghadirkan "marketplace" Tokkobaik.

"Kami melakukan donasi kepada yatim dan dhuafa secara berkelanjutan," kata Co-Founder sekaligus Chief Marketing Officer Manna Salwa Indonesia, Syafril Harsanto di Jakarta, Jumat.

Misi ini dimulai dengan membuat percontohan kolam budidaya ikan lele bioflok di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Hasilnya diberikan langsung untuk dimakan bagi hafizh Quran, yatim dan dhuafa melalui program "One Fish One Hafizh", dan sisanya dijual di Tokkobaik.

“Hasilnya 100 persen untuk umat. Konsepnya fifty-fifty (50 persen dibagikan langsung dan sisanya dijual untuk menyejahterakan baitul maal),” kata Syafril.

Tokkobaik merupakan "marketplace" dengan konsep menginspirasi untuk berbagi dan menghidupkan baitul mal dimana pembeli dan penjual sama-sama bisa beramal. Semua keuntungan penjualan masuk baitul mal dan dikelola manfaatnya untuk umat.

“Pembeli bisa beli barang untuk diri sendiri dan tetap dapat pahala, atau membelikan untuk yatim dan dhuafa, pahalanya dobel. Penjual dapat beramal saleh dengan menyisihkan keuntungannya sebagai sedekah.” kata Syafril.

Baca juga: Bank DKI santuni 5.600 yatim Rp1,68 miliar
Baca juga: Kunjungi tiga panti sosial, Anies pastikan semua pelayanan maksimal


Manna Salwa Indonesia membuka diri untuk berkolaborasi dengan pihak lain yang mempunyai kesamaan visi dan misi.

"Saat ini kami sudah bermitra dengan HAC Foundation Indonesia pimpinan Habib Abdallah Bin Ja'far Assegaf, Kajian Hakikat Islam, Sedekah Beras, dan Pasukan Amal Saleh," ujar Syafril.

Manna Salwa Indonesia memiliki dua unit sosial enterprise ,yaitu Get Pay (Gerakan Tani Ternak untuk Pangan Yatim & Dhuafa) dan Tokkobaik yang bertujuan membentuk ekosistem produksi pangan yang berkesinambungan untuk Yatim & Dhuafa, berikut dengan "marketplace" yang bisa membantu pelaku UMKM dan komunitas pengusaha muslim dalam memperluas jangkauan pasar via jaring afiliasi dan distribusi.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021