Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal, Jumat, mendapatkan anugerah tanda kehormatan dari Pemerintah yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta.

"Presiden melihat selama lima tahun didampingi (Dino) sebagai staf khusus bidang Hubungan Internasional, Presiden merasa banyak terbantu di dalam bagaimana membina hubungan internasional," kata Menko Polhukam Djoko Suyanto selaku Ketua Dewan Pemberian Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan mengenai terpilihnya diplomat karir itu.

Intinya, kata Djoko, Dino dinilai membantu, memperlancar dan memberikan masukan dalam komunikasi dengan kepala-kepala negara di dunia.

Bersama 31 orang penerima tanda kehormatan lainnya, Dino menerima medali yang disematkan langsung oleh Presiden Yudhoyono yang didampingi oleh Wakil Presiden Boediono, Ibu Ani Yudhoyono dan Ibu Herawati Boediono.

Pemerintah RI melalui Presiden, setiap menjelang perayaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus selalu memberikan penghargaan kepada sejumlah tokoh. Pada 2010 ini, Pemerintah memberikan tujuh jenis penghargaan kepada 32 orang.

Selain Dino, Bintang Jasa Utama juga diberikan kepada Sekjen Kementerian Keuangan Mulia Panusunan Nasution, mantan Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Rudy Lengkong, Sekjen Kementerian ESDM Waryono Karno, anggota tim perunding RI dalam proses perdamaian Aceh Farid Wadjdi Husain.

Selanjutnya, anggota tim perunding RI dalam proses perdamaian Aceh Mayjen TNI (Purn) Usman Basjah, anggota tim perunding RI dalam proses perdamaian Aceh I Gusti Agung Waseka Pudja, dan pelatih cabang olahraga bulutangkis Retno Kustiyah.

Dalam jajaran diplomat Indonesia, Dino bukan orang luar. Dia telah bergabung dengan Kementerian Luar Negeri di Pejambon sejak 1987 dan termasuk dalam barisan diplomat muda Indonesia dengan catatan prestasi yang menonjol.

Tahun-tahun awal karir Dino sebagai asisten Direktur Jenderal untuk Urusan Politik Wiryono Sastrohandoyo, membuat dia terlibat dalam penyelesaian konflik Kamboja, konflik Moro di Filipina, sengketa Laut China Selatan, dan konflik Timor Timur. Sebelum menjabat sebagai juru bicara kepresidenan dia adalah Direktur Urusan Amerika Utara (2002-2004).

Di tingkat internasional nama Dino pertama kali muncul saat bertugas sebagai juru bicara Satuan Tugas untuk Pelaksanaan Jajak Pendapat di Timor Timur pada 1999.

Dia juga bertugas sebagai penghubung informal antara Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan pemimpin perlawanan Kay Rala Xanana Gusmao. Dalam laman pribadinya, Dino menyebut Jose Ramos Horta dan Xanana Gusmao sebagai teman baik.

Pada 2001, Dino bersama dengan Robert Scher dari Pentagon adalah penggagas dari "US-Indonesia Security Dialog", konsultasi bilateral tahunan untuk masalah-masalah keamanan dan pertahanan.

Kemudian setelah menjadi juru bicara kepresidenan, Dino merupakan salah satu penggagas "Kehutanan-11" --proses konsultatif yang melibatkan negara hutan hujan tropis di Asia, Afrika dan Amerika Latin--, "Global Inter-Media Dialog" --proses yang disponsori Indonesia dan Norwegia untuk mempromosikan kebebasan pers serta toleransi agama dan budaya--,

Gagasan lainnya "Presiden Visitor`s Program" --sebuah program tahunan untuk mengundang "Friends of Indonesia" dari seluruh dunia untuk mengunjungi Indonesia selama waktu perayaan kemerdekaan pada pertengahan Agustus.

Sebagai salah satu tokoh muda, ia dikenal memiliki pandangan terbuka. Pidato-pidatonya acap kali mengambil tema nasionalisme dan internasionalisme. Ia juga aktif menyeru generasi muda untuk menghindari dogmatisme kaku, warisan pendidikan intelektual di masa lalu.

Namun apabila melihat perjalanan Dino menuntut ilmu, kiranya tidak heran jika diplomat tersebut berpola pikir internasionalisme karena semenjak lepas sekolah menengah pertama, Dino menghabiskan waktunya menuntut ilmu di Amerika Serikat, Kanada dan Inggris.(*)
(G003*F008/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010