Denpasar (ANTARA) - Kepala Kantor Basarnas Bali Gede Darmada mengatakan kecelakaan laut yang menimpa Kapal Motor (KM) Bandar Nelayan 188 yang membawa  20 anak buah kapal di perairan Australia terjadi akibat faktor cuaca buruk, badai, dan gelombang tinggi.
 
"Perusahaan (pemilik) KM Bandara Nelayan 188 pada 13 Mei 2021 melaporkan kepada Basarnas bahwa kapal nelayan ini mengalami kecelakaan yang menyebabakan ruang mesin kapal kemasukan air, namun tidak bisa memastikan tempat kebocorannya sehingga menyebabkan badan kapal tenggelam," kata Kepala Kantor Basarnas Bali Gede Darmada saat ditemui di Dermaga Timur Pelabuhan Benoa, Bali, Jumat.

Baca juga: Kapal Australia repatriasi nelayan Indonesia kecelakaan di laut
 
Akibat sebagian badan kapal tenggelam, katanya, maka logistik ikut tenggelam. Hampir 2/3 badan kapal tenggelam ke laut sehingga posisi semua ABK berada di anjungan berdasarkan dokumen yang diperoleh Basarnas.
 
Saat itu posisinya, kata dia, berada di perairan internasional tetapi dekat dengan wilayah teritorial Australia kurang lebih 600 notical mile sebelah barat Australia. Kapal nelayan itu berangkat pada 8 April 2021 dan mengalami kecelakaan pada 13 Mei 2021.
 
Kapten Kapal KM Bandar Nelayan 188 Mugiyono mengatakan dirinya tidak pernah membayangkan apabila saat berlayar akan diterjang badai hingga seperti ini.

Baca juga: Tim SAR cari kapal ikan hanyut di perairan Australia
"Rasanya enggak bisa dibayangkan. Saat itu diterjang badai kira-kira dengan ketinggian 7 meter lebih," katanya.

Ia mengatakan pihak yang pertama kali menyelamatkan, yakni kapal Jepang selanjutnya dipindahkan ke kapal Australia HMAS ANSAC hingga dibawa menuju ke Pelabuhan Benoa, Bali.

Baca juga: Kedubes Australia apresiasi Polda Lampung tangani warganya

"Pertama kali yang menyelamatkan adalah kapal Jepang terus dipindah dan langsung dibawa ke Benoa. Kami terapung-apung selama empat hari, makan seadanya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Jepang dan Pemerintah Australia yang sudah membantu membawa pulang ke Tanah Air," katanya yang mengaku menjadi kapten kapal sudah tiga tahun.

 

Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021