Kami berharap jutaan masyarakat Indonesia bisa berpartisipasi memiliki Gojek dan Tokopedia ini sehingga setelah IPO bisa transparan, kinerja semakin baik, dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Agus Sugiarto menilai rencana penawaran saham perdana  (IPO) GoTo dapat menjadi momentum perusahaan untuk berbagi kepemilikan kepada publik.

"Kami berharap jutaan masyarakat Indonesia bisa berpartisipasi memiliki Gojek dan Tokopedia ini sehingga setelah IPO bisa transparan, kinerja semakin baik, dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia," kata Agus di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan rencana berbagi kepemilikan ini juga merupakan kesempatan terbuka bagi semua pihak untuk menjadi bagian dari kolaborasi dua perusahaan platform digital karya anak bangsa, yaitu Gojek dan Tokopedia.

Ekonom Digital LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Chaikal Nuryakin menambahkan bahwa GoTo bisa menyusul beberapa perusahaan digital besar global yang telah melakukan IPO, meski terdapat contoh sukses serta contoh sebaliknya.

"Contoh yang berhasil itu Facebook, Alibaba, dan SEA Group. Sedangkan contoh sebaliknya adalah Lyft, Uber, dan WeWork," katanya.

Berdasarkan riset yang dilakukan, Chaikal mengungkapkan alasan keberhasilan perusahaan digital saat IPO yaitu manajemen yang baik, mudah beradaptasi, dan bisa sesuai dengan ekspektasi publik, serta dukungan utama dari modal ventura atau investor sebagai bantalan bagi perusahaan.

"Sedangkan, alasan yang gagal adalah miskomunikasi kondisi riil perusahaan kepada investor, perusahaan tertutup terlalu lama, kinerja perusahaan tidak sesuai ekspektasi investor, tata kelola perusahaan tidak siap terhadap pengawasan publik, dan kurangnya persiapan untuk melakukan IPO," tambah dia.

Ia mengharapkan GoTo bisa belajar dari kasus-kasus tersebut karena penawaran publik itu bisa memberikan keuntungan seperti sumber pendanaan yang tidak terbatas untuk mendukung ekspansi bisnis, meningkatkan citra perusahaan, penerapan tata kelola yang baik, insentif pajak, dan spillover (pengalihan) investasi dari investor dalam dan luar negeri.

"Sementara tantangan IPO termasuk bagi GoTo adalah menjaga performa perusahaan pasca IPO, mempertahankan kontrol dari pendiri perusahaan pada model klasifikasi saham saat ini, aturan yang lebih ketat misalnya audit keuangan, dan volatilitas makroekonomi," kata Chaikal.

Saat ini, sentimen pasar terhadap rencana IPO GoTo terbilang positif dan menjadi indikator kuat penantian pasar terhadap saham perusahaan digital ini. Salah satunya tercermin dari peningkatan harga saham PT Telkom Tbk (TLKM) ketika anak usahanya yaitu PT Telkomsel berinvestasi di Gojek.

Perkembangan harga saham TLKM terlihat sejak pengumuman investasi Telkomsel ke Gojek pada 17 Oktober 2020 sebesar 150 juta dolar AS atau sekitar Rp2,1 triliun (kurs Rp14.000). Saat itu, harga saham TLKM ada di level Rp3.100 per saham dan dibandingkan penutupan perdagangan saham pada 2 Juni 2021 di level Rp3.450 per saham, maka terjadi kenaikan sebesar Rp350 per saham.

Dengan kenaikan sebesar Rp350 per saham maka "kekayaan" pemerintah yang mempunyai sebanyak 51,602 miliar saham TLKM bertambah sebesar Rp18,06 triliun hanya dalam waktu sekitar delapan bulan. Begitu pun yang dirasakan investor publik yang memiliki sebanyak 47,459 miliar saham TLKM merasakan capital gain sebesar Rp16,61 triliun.

Baca juga: LPEM UI: Kolaborasi GoTo tambah Rp35 triliun untuk ekonomi Indonesia

Baca juga: INDEF nilai valuasi bisnis startup jadi penentu IPO

Baca juga: BEI nilai IPO GoTo akan berdampak positif terhadap pasar modal


 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021