Jakarta (ANTARA) - Untuk membuka wawasan mahasiswa maupun masyarakat terkait penyakit helminthiasis, Himpunan Profesi Ruminansia Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University membahas helminthiasis pada sapi dalam suatu seminar virtual.

"Sebelum melakukan pengobatan, seorang dokter hewan harus mendiagnosis jenis parasit yang menginfeksi sapi terlebih dahulu agar dapat diberikan penanganan yang tepat," kata ahli parasitologi veteriner endoparasit Dr drh Ridi Arif yang merupakan dosen FKH IPB University dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Helminthiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing dan bersifat infeksius.

Dia mengatakan pencegahan agar sapi terhindar dari helminthiasis dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya memperhatikan kebersihan kandang dan menggembalakan sapi dengan jadwal yang bergilir.

Baca juga: IPB University nilai profesi dokter hewan kuda belum banyak diminati

Baca juga: Empat Guru Besar IPB kemukakan pandangan terkait keanekaragaman hayati


Upaya pencegahan selanjutnya adalah memperhatikan kondisi daerah penggembalaan, menghindari tanah yang lembab atau banyak kubangan, dan segera memberikan pengobatan pada sapi apabila menunjukkan gejala cacingan.

"Selain itu, pastikan sapi mendapat program pemberian obat cacing (anthelmintik) mulai dari pedet hingga dewasa secara rutin 3-4 bulan sekali untuk membasmi siklus hidup cacing-cacing tersebut," ujar Ridi.

Dia menuturkan beberapa jenis cacing yang bersifat zoonotik atau dapat menginfeksi manusia.

Berbagai jenis cacing, baik itu dari kelas Nematoda, Cestoda maupun Trematoda dapat menyebabkan munculnya helminthiasis. Dampak yang ditimbulkan sangat merugikan karena dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan, penurunan berat badan, mengganggu status kesehatan secara umum sehingga mudah terinfeksi penyakit lain dan bahkan dapat menimbulkan kematian pada sapi.*

Baca juga: DKP3 Kota Sukabumi temukan daging sapi tak layak konsumsi

Baca juga: Distan Banten temukan cacing hati di sejumlah daging hewan kurban

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021