Pamekasan (ANTARA News) - Musik tradisional "ul-daul" di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, semarak selama Ramadhan.

Musik tabuh dengan alat berupa kentongan dan beragam peralatan lainnya seperti tong bekas penampungan air, drum bekas, rebahana dan kleningan ini, hampir setiap malam setelah salat tawarih dan tadarus, dimainkan oleh berbagai kelompok pemusik di kota itu.

"Ini sudah menjadi tradisi turun temurun di Madura setiap Ramadhan, sehingga selalu ramai dengan musik `ul-daul`," kata salah seorang pemain musik tradisional `ul-daul` Heri, Jumat malam.

Oleh warga Pamekasan, dan masyarakat Madura pada umumnya, musik tradisional `ul-daul` sering juga disebut sebagai musik sahur, karena keberadaan musik keliling tersebut memang untuk membangunkan orang untuk makan sahur. "Musik `ul-daul` digelar hingga waktu sahur tiba," katanya.

Semula, kata dia, musik sahur hanya berupa beberapa kentongan saja, layaknya musik patroli yang biasa digunakan warga di perdesaan untuk menjaga keamanan lingkungan. Namun dalam perkembangannya jenis musik yang digunakan semakin bervariatif.

`Uul-daul` ini juga dilengkap dengan kereta dorong tempat alat musik yang ditabuh para musisi.

Di Pamekasan, musik tradisional `ul-daul` mulai semarak mulai hari kelima puasa. Mereka yang umumnya kalangan remaja dan anak-anak.

Para musisi menggunakan pakaian khas adat Madura, yakni menggunakan kaos merah-putih dengan celana warna hitam yang biasa disebut dengan `gombor`, meski yang pertunjukan dimainkan bukan dalam rangka perlombaan.
(KR-ZIZ/M008)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010