Zurich (ANTARA) - Swiss akan mendonasikan empat juta dosis vaksin anti COVID-19 buatan AstraZeneca yang telah disisihkan guna memenuhi program COVAX dalam berbagi vaksin untuk dunia, kata pemerintah, Rabu.

Sumbangan itu dimaksudkan untuk membantu upaya mengatasi kesenjangan dalam penyediaan vaksin bagi negara-negara berkembang.

Swiss pada awalnya memesan 5,4 juta dosis AstraZeneca, namun badan pengatur medis negara itu, Swissmedic, belum memberikan persetujuan bagi penggunaan vaksin tersebut.

Swissmedic beralasan bahwa pihaknya belum menerima semua data yang diperlukan dari uji klinis sehingga izin belum diberikan.

Donasi sebanyak empat juta dosis itu lebih banyak dari jumlah yang sebelumnya dijanjikan Swiss, yaitu tiga juta, untuk diberikan kepada COVAX.

"Karena distribusi vaksin tidak merata, kami perkirakan pandemi akan berlanjut untuk waktu yang lama," kata pemerintah melalui pernyataan.

Swiss telah memesan lebih banyak vaksin mRNA dari Moderna, juga dari Pfizer beserta mitranya --perusahaan Jerman, BioNTech.

Vaksin-vaksin yang dipesan itu termasuk yang sudah direncanakan untuk digunakan pada 2022.

Swiss sedang mempersiapkan kemungkinan bahwa pada 2022 orang-orang akan membutuhkan suntikan penguat, baik karena kekebalan dari suntikan putaran pertama berkurang atau ketika varian-varian COVID mengganggu perlindungan.

"Pemerintah federal Swiss sedang memusatkan perhatian pada vaksin mRNA," bunyi pernyataan tersebut. "(Vaksin-vaksin) ini telah membuktikan diri sangat efektif dan dapat ditoleransi."

Selain sumbangan vaksin AstraZeneca, Swiss juga telah mendonasikan dana 145 juta franc Swiss (sekitar Rp2,2 triliun) kepada COVAX.

Sumbangan dana tersebut merupakan bagian dari sedikitnya 300 juta franc (sekitar Rp4,7 triliun) yang telah disiapkan untuk mendukung upaya mempercepat program Organisasi Kesehatan Dunia terkait pengadaan alat-alat penanganan COVID-19, Access to Covid-19 Tools Accelerator (ACT-A).

ACT-A itu sendiri ditujukan untuk mempercepat pengembangan teknologi dalam menanggulangi pandemi.


Sumber: Reuters
 

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021