Melalui teknologi bisa menghadirkan pembelajaran kapan pun dan dimanapun
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meresmikan marketplace atau lokapasar pembelajaran daring atau Indonesia Cyber Education (ICE) Institute yang merupakan inovasi dalam memberikan akses pendidikan tinggi untuk semua.

“Kehadiran ICE Institute pada dua tahun yang lalu telah diluncurkan oleh Prof Nasir (Menristekdikti saat itu), saya rasa datang pada saat yang tepat. Kita tidak menyangka pada 2020, pandemi datang dan mendadak perguruan tinggi beralih ke daring. Transformasi yang sangat cepat berlangsung dalam waktu yang pendek,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Prof Nizam, dalam peresmian ICE Institute yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Sejak 2008, pemerintah sudah mendorong agar perguruan tinggi saling berbagi mulai dari mata kuliah, guru besar, penelitian, hingga pembelajaran. Saat ini, lanjut Nizam, teknologi pembelajaran sudah tersedia dan bisa dimanfaatkan oleh perguruan tinggi dengan mudah.

Baca juga: Dikti : ICE Institute mungkinkan kolaborasi mahasiswa lintas daerah

“Melalui teknologi bisa menghadirkan pembelajaran kapan pun dan dimanapun, semangat memberikan pendidikan berkualitas untuk semuanya sangat baik dan sangat tepat di tengah masa pandemi dan setelahnya,” tambah dia.

Nizam menambahkan dengan inovasi teknologi pembelajaran tersebut, perguruan tinggi dapat memberikan layanan pendidikan tinggi pada masyarakat secara lebih terbuka. Semangat kolaborasi dan saling berbagi tersebut harus dapat ditularkan ke seluruh perguruan tinggi di Tanah Air.

“Kehadiran ICE Institute seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang terutama bagi perguruan tinggi di pelosok, yang mungkin tidak punya akses sumber belajar yang berkualitas tinggi maupun tidak punya akses pada profesor berkualitas. Melalui ICE Institute, mereka bisa mengakses itu semua dan mendapatkan akses sumber belajar kelas dunia,” terang dia.

Baca juga: Rektor : ICE Institute upaya pemerataan akses pendidikan tinggi

Nizam berharap dengan kehadiran ICE Institute dapat menjadi pengungkit untuk memperluas akses pada pembelajaran berkualitas bagi semua mahasiswa dan perguruan tinggi di Tanah Air.

ICE Institute merupakan lokapasar pembelajaran daring bersertifikat yang bermutu dan teregistrasi dari perguruan tinggi ternama dalam negeri seperti UI, UGM, ITS, IPB, Pradita University, Binus University, UPH, UNJ, Unika Atma, Jaya, UNS, Undip, Telkom University, dan UT serta Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia, serta perguruan tinggi ternama Internasinal yang tergabung dalam lokapasar EdX yang dimotori oleh Universitas Harvard dan MIT Amerika Serikat.

Di samping itu, ikut menawarkan juga para mitra strategis ICE Institute, MIT OCW, Kalibrr, SPADA Indonesia, RELO US Embassy Jakarta dana operasionalnya didukung ADB, Microsoft, PCMAN, dan Cloudswyft.

Untuk melengkapi layanan kepada masyarakat Indonesia, ICE Institute juga dilengkapi dengan teknologi blockchain yang mencatat semua penempuhan dan perolehan mata kuliah oleh peserta pembelajaran secara daring , yang dapat dihubungkan dengan job market.

Baca juga: Sejumlah kampus berkolaborasi dalam inovasi PJJ melalui ICE Institute

Rektor Universitas Terbuka (UT), Prof Ojat Darojat, berharap ke depan semakin banyak pengguna maupun perguruan tinggi yang ikut dalam menyediakan materi pada ICE Institute tersebut.

“Terdapat 11 perguruan tinggi yang bergabung dalam konsorsium dalam mendukung ICE Institute. Dalam waktu dekat akan bertambah dua perguruan tinggi lainnya,” kata Ojat.

Ketua ICE Institute, Prof Paulina Pannen, mengatakan terdapat 165 mata kuliah yang terdapat di dalam lokapasar tersebut. ICE Institute dilakukan secara bergotong royong untuk mendukung Merdeka Belajar untuk semua.

Baca juga: Kemendikbudristek dorong siswa ikuti vaksinasi COVID-19

Pewarta: Indriani
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021