Jakarta (ANTARA) - Simeon Woods-Richardson yang merupakan pemain bisbol Amerika Serikat paling muda yang turun dalam gelanggang Olimpiade Tokyo, terbangun pukul 2 pagi Sabtu kemarin setelah mendapatkan telepon yang tak dia duga.

Pitcher Toronto Blue Jays berusia 20 tahun itu dipertukarkan ke Minnesota Twins dengan pemain muda fenomenal Jose Berrios beberapa jam sebelum tenggat transfer tahunan Major League Baseball berakhir.

"Saya sudah tidur nyenyak," kata dia kepada Reuters setelah Amerika Serikat mengalahkan Korea Selatan.

"Saya beruntung menjawab telepon itu. Saya tak bisa lebih bahagia lagi. Anda harus cukup dewasa untuk mengetahuinya. Anda harus siap mengarungi perjalanan dan ke mana perjalanan membawa Anda," sambung dia.

Baca juga: Awali perburuan emas bisbol pertamanya, Jepang bekuk Dominika 4-3

Dia bergabung dengan pitcher Amerika Serikat lainnya Joe Ryan yang baru tahu telah dipertukarkan kepada Twins dari Tampa Bay Rays selama makan malam.

"Senang rasanya ada wajah yang dikenal di sana," kata Woods-Richardson.

Salah satu dari sedikit pemain kulit hitam dalam cabang olahraga yang kini menjangkau semua lapisan masyarakat, Woods-Richardson mengaku selama Olimpiade, dia telah menemukan cara kecil dalam mendukung gerakan Black Lives Matter bagi kesetaraan ras.

Dia menulisi sepatunya dengan kalimat "Say her name" (sebutkan namanya) yang merujuk kepada kebrutalan polisi AS terhadap wanita kulit hitam tidak bersenjata.

Rekan satu timnya Edwin Jackson Jr yang menaklukkan dua batter Korea, mencetakkan kalimat yang sama pada sepatu Olimpiade-nya, sambung Woods-Richardson.

Baca juga: Ringkasan medali Olimpiade Tokyo Sabtu 31 Juli

Keduanya mengatakan menjadi pemain Afrika-Amerika dalam penampilan pertama bisbol dalam Olimpiade sejak 2008 adalah sudah menjadi pernyataan penting. Woods-Richardson sewaktu kecil terinspirasi oleh foto buku teks peraih medali atletik AS Tommie Smith dan John Carlos yang membuat salut Black Power dalam Olimpiade 1968.

Pemain-pemain bisbol AS lainnya yang lantang berbicara adalah dua pemain keturunan Kuba Eddy Alvarez dan Nick Martinez, yang mendukung protes anti-pemerintah baru-baru ini di Kuba.

"Teruslah berjuang. Kami mendengar kalian, kami melihat kalian," kata Martinez.

Baca juga: Klasemen medali Olimpiade: China kian menjauh saat Jepang puasa emas

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021