Boyolali (ANTARA) - Sebanyak dua desa di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali terjadi hujan abu dampak dari erupsi Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, pada Senin pagi.

Menurut Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali Bambang Sinungharjo, ada dua desa yang terkena hujan abu dari erupsi Merapi, yakni Desa Tlogolele dan Klakah di Kecamatan Selo, Boyolali, Jateng.

Menurut Bambang di Desa Tlogolele terkena hujan abu sejak pukul 06.00 WIB hingga sekarang dan abu agak tebal menyelimuti di Dukuh Tlogomulyo dan Tlogolele. Sedangkan, Desa Klakah hujan abu tipis di Dukuh Klakah Duwur dan Klakah Ngisor.

Bambang mengatakan pihaknya mendapat informasi melalui Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebecanaan Geologi (BPPTKG), adanya awan panas guguran Gunung Merapi terjadi Senin sekitar pukul 5.53 WIB tercatat di seismogram dengan amplitudo 66 mm, durasi 289 detik, dan tinggi kolom 600 meter dari puncak. Jarak luncur 3.500 meter ke arah barat daya.

Baca juga: Hujan abu Merapi meliputi sejumlah desa di Kabupaten Magelang

Baca juga: Gunung Merapi meluncurkan awan panas guguran sejauh 3,5 km


"Berdasarkan informasi dari masyarakat, telah terjadi hujan abu akibat awan panas guguran Merapi. Dari laporan yang tercatat oleh Pusdalops BPBD, hujan abu terjadi di beberapa wilayah kawasan rawan bencana (KRB) 3 Gunung Merapi dan sekitarnya," katanya.

Pihaknya sebelumnya juga sudah melakukan penyemprotan membersihkan jalan dan mengirimkan 10.000 masker di daerah KRB 3 wilayah Boyolali di lereng Gunung Merapi untuk mengurangi dampak abu yang dapat menimbulkan ISPA.

Sementara Kepala Desa Tlogolele Ngadi mengatakan hujan abu terjadi di Desa Tlogolele dari dampak erupsi Merapi, sejak pukul 06.00 WIB, dan hingga sekarang masih ada. Daerah yang terselimuti abu Merapi agak tebal di Dukuh Tlogomulyo dan Tlogolele. Sedangkan, dukuh lainnya di Tlogolele hanya tipis.

"Akibat hujan abu di Desa Tlogolele ini, berdampak mengganggu aktivitas warga terutama mencari makan ternak harus ke daerah bawah yang tidak terkena abu Merapi," kata Ngadi.

Bahkan, warga yang sedang masa panen tanaman tembakau juga terganggu adanya hujan abu Merapi ini. Mereka harus menunda panen tanaman tembakaunya.

Selain itu, warga juga sudah dibagikan masker untuk mengurangi dampak hujan abu vulkanik yang sering terjadi di Desa Tlogolele.

Sementara Kepala Desa Klakah Marwoto mengatakan hujan abu yang terjadi di Desa Klakah yang terletak di sebelah barat Gunung Merapi, pada Senin pagi, terjadi hanya tipis. Sehingga hujan abu, tidak mempengaruhi aktivitas warga setempat.

Warga yang bekerja di ladang dan lainnya tetap beraktivitas seperti biasa, karena hujan abu tipis tidak mengganggu mereka.

Sementara itu, BPPTKG melalui akun twitternya menyebutkan awan panas guguran Merapi terjadi pada tanggal 16 Agustus 2021 pukul 5.53 WIB, tercatat di seismogram dengan amplitudo 66 mm, durasi 289 detik, dan tinggi kolom 600 meter dari puncak. Jarak luncur 3.500 meter ke arah barat daya. #MerapiSiaga sejak 5 November 2020.*

Baca juga: Gunung Merapi meluncurkan awan panas guguran sejauh dua kilometer

Baca juga: BPPTKG sebut Gunung Merapi memasuki fase keluarkan magma

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021