Ini sungguh sebuah paradoks di mana komoditas hasil negeri sendiri yang memiliki manfaat begitu banyak, justru belum dipahami dan bahkan banyak dikritik oleh masyarakat dalam negeri sendiri
Jakarta (ANTARA) - Plt Direktur Kemitraan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPD-PKS) Edi Wibowo mengatakan isu-isu negatif tentang industri kelapa sawit di Indonesia merupakan dampak dari persaingan dagang dalam komoditas minyak nabati dunia.

"Isu-isu dan tuduhan negatif terhadap sawit banyak yang berasal dari luar Indonesia dan umumnya tidak berdasarkan fakta objektif di lapangan. Beberapa isu ini diproduksi sebagai dampak dari persaingan dagang komoditas minyak nabati dunia," kata Edi Wibowo di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, minyak sawit memang memiliki keunggulan komparatif dibandingkan minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak biji bunga matahari, dan sebagainya.

Namun sayangnya, kata Edi, terkadang tanpa disadari beberapa kelompok masyarakat Indonesia turut berperan dalam mengamplifikasi isu negatif tersebut di dalam negeri.
Sejumlah isu tersebut antara lain anggapan bahwa perkebunan dan industri sawit merupakan penyebab hilangnya hutan tropis, isu sawit sebagai penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, isu sawit sebagai penyebab hilangnya keanekaragaman hayati, isu minyak sawit tidak baik bagi kesehatan, isu penggunaan tenaga kerja anak di perkebunan sawit, dan bermacam isu negatif lainnya.

Baca juga: Apkasindo: Pemerintah harus lindungi sawit dari kampanye hitam asing

Kampanye dan isu-isu negatif tersebut, kata Edi, dalam jangka waktu yang lama telah memunculkan stigma negatif terhadap sawit sehingga kemudian sawit teralienasi dari masyarakat yang justru mengkonsumsinya setiap hari.

"Ini sungguh sebuah paradoks di mana komoditas hasil negeri sendiri yang memiliki manfaat begitu banyak, justru belum dipahami dan bahkan banyak dikritik oleh masyarakat dalam negeri sendiri. Dalam jangka panjang, isu-isu negatif ini akan merugikan perkebunan dan industri sawit nasional dan tentu akan berdampak pula bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia," kata Edi.

Edi menambahkan persepsi negatif terhadap industri sawit ini juga dipengaruhi oleh pemberitaan media massa. Dia menjelaskan meskipun persepsi media massa terhadap sawit masih menunjukkan indikator sentimen positif dengan nilai rata-rata 71,09 persen, namun terdapat risiko di mana sentimen media massa dapat jatuh menjadi negatif.

Pada tahun 2021 sentimen positif terhadap sawit jatuh karena kejadian banjir bandang di Kalimantan Selatan yang diasosiasikan dengan pembukaan lahan sawit, pemberitaan masif tentang kerusakan hutan di Papua yang diasosiasikan dengan salah satu perusahaan perkebunan sawit, kebakaran lahan gambut dan masuknya lahan sawit dalam kawasan hutan, dan konflik lahan antara perusahan dan warga.

Kendati demikian industri kelapa sawit di Indonesia berkontribusi 3,5 persen terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB). Sepanjang tahun 2020, ekspor kelapa sawit Indonesia mencapai 22,97 miliar dolar AS.

Baca juga: Kemendag: Kampanye negatif untuk tekan daya saing produk sawit RI

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021