Koba, Babel, (ANTARA) - Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mulai mengembangkan potensi bisnis udang vaname skala rakyat, untuk menopang perekonomian di tengah banyaknya sektor usaha lain yang terdegradasi diterpa bencana mikroba virus corona jenis baru.

Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman mengatakan, secara geografis Kabupaten Bangka Tengah, 80 persen merupakan wilayah pesisir yang potensinya cukup besar untuk pengembangan bisnis komoditas ekspor itu.

Menurut Bupati pandemi bukan membuat masyarakat surut dan semakin terjepit, tetapi bagaimana bisa bangkit, tidak boleh tumbang tetapi harus tetap berkembang.

"Betul kita harus konsentrasi melindungi kesehatan masyarakat akibat ancaman COVID-19, tetapi kita juga harus mengantisipasi ancaman degradasi ekonomi yang bisa menimbulkan masalah baru dalam jangka lebih panjang," tuturnya.

Pandemi virus corona baru tidak hanya mengancam kesehatan, tetapi memiliki dampak lebih luas menggerogoki urat nadi kehidupan masyarakat.

"Roda perekonomian berputar lebih melamban, tentu ini masalah besar dan harus ditopang dengan menggali potensi usaha yang membuat warga lebih mapan," kata bupati yang akrab disapa Ayi.

Usaha budi daya udang vaname di Bangka Tengah diprediksi bisa menjadi mentari untuk menatap kehidupan warga lebih cerah di masa depan.

Pemkab Bangka Tengah sudah menyiapkan program strategis untuk menggali dan mengembangkan potensi bisnis udang vaname yang lebih "dikuasai" rakyat, bukan dimonopoli pemilik modal.

Pemerintah daerah setempat sudah mulai meluncurkan dan mengampanyekan program tambak udang vaname skala rakyat, kendati beberapa perusahaan sudah mulai menjalankan usahanya di daerah itu dalam skala lebih besar.

"Kita tidak bisa membendung perusahaan yang mengembangkan bisnis udang vaname di daerah ini, kendati kontribusinya sangat kecil untuk daerah dan masyarakat," kata bupati.

Namun demikian, pemerintah daerah sudah menyiapkan instrumen yang tepat untuk mengambil peran bisnis tersebut melalui program tambak udang vaname skala rakyat, dimana para nelayan dan kelompok budi daya ikan bisa mengambil peran tersebut.

"Pemerintah daerah mendorong dengan menyiapkan fasilitas pendukung dan melakukan pembinaan terhadap kelompok budi daya ikan yang khusus mengembangkan usaha udang vaname," kata mantan Ketua DPRD Bangka Tengah ini.


Kawasan benur

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa terhadap perjalanan bisnis udang vaname, ternyata kendala yang paling mendasar adalah sulitnya mendapatkan benur atau benih.

Selama ini benur udang yang dikembangkan di Bangka Tengah didatangkan dari luar dengan biaya operasional lebih tinggi. Demikian juga dengan pangsa pasar, hasil panen langsung dikirim ke luar daerah karena tidak ada penampung khusus yang ada di dalam daerah.

"Kita sudah antisipasi itu dengan menyiapkan kawasan khusus budi daya benur di Kecamatan Lubuk Besar. Lahan sudah kita siapkan, tinggal digarap sesuai dengan konsep pengembangan yang ideal," ujar Ayi.

Jika sentra benur di Kecamatan Lubuk Besar terwujud, maka Bangka Tengah satu-satunya daerah yang memiliki kawasan khusus budi daya benur udang vaname.

Sentra benur tersebut menjadi cikal bakal terus berkembangnya bisnis udang vanane skala rakyat di Negeri Selawang Segantang (julukan Kabupaten Bangka Tengah) itu.

Pemerintah daerah setempat akan melakukan pemijahan benur dalam skala besar untuk kebutuhan para pembudidaya tambak udang yang tersebar pada enam atau seluruh kecamatan di daerah itu.

"Sembari kita juga membentuk kelompok budi daya khusus tambak udang vaname skala rakyat, kemudian dibina dan dibimbing sampai bisnis mereka bisa berjalan. Bahkan kami juga memikirkan pangsa pasarnya," katanya.

Bupati mengatakan, semua kecamatan di daerah itu yaitu Kecamatan Koba, Namang, Lubuk Besar, Simpangkatis, Sungaiselan dan Kecamatan Pangkalanbaru memiliki prosfek untuk pengembangan bisnis udang vaname.

"Jika satu kecamatan saja terdapat lima kelompok budi daya khusus tambak udang vaname skala rakyat, maka sudah terdapat sebanyak 30 kelompok dan jika diestimasikan satu kelompok bisa memproduksi udang sebanyak 500 ton saja, maka totalnya sudah mencapai 15 ribu ton untuk satu kali panen," jelas bupati.

Dengan demikian, kata dia, tidak mustahil daerah itu bisa menjadi sentra udang vaname di Bangka Belitung. "Belum lagi produksi udang dari perusahaan yang skalanya lebih besar lagi," ujarnya.


Edukasi tambak vaname

Pengetahuan masyarakat dalam menjalankan usaha budi daya udang vaname masih awam, karena selama ini bisnis komoditas ekspor ini identik dijalankan para pengusaha tajir dengan modal lebih besar.

Pemkab Bangka Tengah sudah memikirkan sumber daya manusia yang memiliki kecakapan dan kemampuan khusus dalam mengembangkan usaha yang membutuhkan ketekunan dan pengembangan secara profesional ini.

"Budi daya udang vaname ini memang butuh kemampuan ilmu khusus dan ketelatenan, maka kita siapkan satu titik tambak udang vaname percontohan untuk dijadikan sarana edukasi bagi warga yang berminat mengembangkan bisnis udang vaname," kata Kepala Dinas Perikanan Bangka Tengah, Taufik.

Pemerintah daerah sudah membangun satu titik tambak udang vaname edukasi di Desa Kurau Barat yang dikelola secara berkelompok yaitu Pokdakan Gempa 01.

Tambak udang edukasi itu sudah mulai beroperasi dan pemerintah daerah sudah menebarkan sebanyak 70 ribu benur yang langsung didatangkan dari Provinsi Lampung.

Pemerintah daerah membangun dua tambak dengan volume sebanyak 35 ribu benur per kolam dengan fasilitas pendukung sesuai dengan standar.

"Lokasinya cukup strategis, tidak jauh dari laut dan berada di kawasan hutan bakau. Tentu ini membantu untuk percepatan pertumbuhan benur," kata Taufik.

Tambak udang vaname edukasi itu terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar terkait cara pembudidayaan yang didampingi para penyuluh berkompeten di bidangnya.

Dengan demikian kata Taufik, tingkat keberhasilan pembudidayaan udang vaname di daerah itu lebih tinggi karena dijalankan sesuai dengan ilmunya.

"Memang saat ini kendala kami terkait dengan benur yang harus didatangkan dari luar daerah, tingkat risiko lebih tinggi dan biaya operasional juga lebih besar. Belum lagi benih yang ditebar harus menyesuaikan dengan iklim dan habitat yang ada di daerah ini," jelas Taufik.

Tujuh perusahaan jalankan usaha udang vaname

Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMPTK) Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mencatat sebanyak tujuh perusahaan sudah menjalankan usaha budi daya tambang udang vaname wilayah itu. Tujuh perusahaan yang mengajukan izin usaha tambak udang vaname tersebut yaitu PT Shrimpi Daya Lestari, CV Gunung Prima, PT Anugerah Laut Bangka, PT Berkah Bumi Laut Sentosa, CV Panorama Lintas Timur, PT Vannamei Berkah Bersama, dan CV Tanjung Langka Tri Anugerah."Semua perusahaan tersebut secara administrasi sudah mengurus izin prinsipnya yaitu NIB, izin lokasi, izin lingkungan, izin usaha dan izin operasional," jelasnya.

Sebanyak tujuh perusahaan di sembilan titik lokasi usaha itu sudah mendapatkan izin persetujuan pemenuhan komitmen untuk izin lokasi.

Selanjutnya mereka mengurus perizinan secara terpadu melalui aplikasi dari lembaga Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS).

Kepala DPMPTK Kabupaten Bangka Tengah, Kartina mengatakan, sebanyak tujuh titik lokasi sudah dinyatakan berlaku efektif dari OSS dan dua titik lokasi masih menunggu atau dalam proses. Sementara izin lingkungan yang diterbitkan lembaga OSS yang sudah berlaku efektif sebanyak lima titik, empat titik masih dalam proses.

"Kemudian sebanyak empat titik sudah memiliki IMB dan lima titik masih dalam proses," kata Kartina.

Kemudian dari sembilan titik lokasi tambak udang tersebut, kata dia, sampai saat ini belum memiliki izin operasional (IPAL). Nilai investasi dari tujuh perusahaan itu mencapai Rp50 miliar.

Secara keseluruhan tercatat 268 perusahaan yang menjalankan usaha dari berbagai bidang di daerah itu dengan nilai investasi mencapai Rp1,3 triliun.

"Nilai investasi sebesar Rp1,3 triliun itu secara garis besar berasal dari tiga sektor usaha yaitu sektor primer, sekunder dan sektor tersier," katanya.

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021