Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Indonesia mempunyai pangsa pasar yang besar terkait keantariksaan, dan berpeluang menciptakan nilai ekonomi dari kegiatan keantariksaan khususnya yang terkait dengan peluncuran roket.

"Keunggulan geografis Indonesia yang terletak di khatulistiwa menjadikan Indonesia cocok menjadi pusat peluncuran satelit," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Oleh karena itu, Indonesia akan membangun bandar antariksa yang akan menjadi tempat peluncuran wahana antariksa.

Diharapkan, bandar antariksa itu tidak hanya meluncurkan roket pembawa satelit dari Indonesia tetapi juga bisa memberikan layanan untuk peluncuran roket pengangkut satelit dari pihak luar atau negara lain, ujarnya.

Dengan demikian, Indonesia bisa menyediakan jasa peluncuran wahana antariksa yang akan menambah pendapatan negara.

Baca juga: BRIN: Model bisnis keantariksaan libatkan pemain global potensial

Baca juga: BRIN perkuat ekosistem riset dan inovasi keantariksaan


Handoko mengatakan urgensi pembangunan bandar antariksa di Indonesia tidak terlepas dari adanya kebutuhan terkait pengembangan teknologi keantariksaan nasional.

Menurut Handoko, saat ini sedang ada tren tumbuhnya pasar satelit yang berukuran nano maupun mikro untuk berbagai kebutuhan termasuk pengindraan jauh (remote sensing) untuk pemetaan.

Kandidat utama lokasi yang dipilih berdasarkan beberapa aspek hasil kajian adalah Pulau Morotai dan Pulau Biak.

Pembangunan bandar antariksa di wilayah ekuator penting karena daerah ekuator adalah lokasi terbaik untuk meluncurkan roket pembawa satelit.

Mengutip dari laporan Studi Kelayakan Bandar Antariksa Ekuator Biak yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan),
suatu satelit yang diluncurkan dari tempat yang makin jauh dari garis ekuator ke orbit geostasioner akan mengalami kerugian daya, akibat adanya manuver perubahan orbit inklinasi ke orbit ekuator.

Itu akan menyebabkan banyaknya penggunaan bahan bakar motor roket dan satelit, sehingga berat satelit yang dibawa relatif akan berkurang.

Sebaliknya, suatu satelit yang diluncurkan dari tempat yang makin dekat dari garis khatulistiwa ke arah Timur dalam orbit geostasioner, maka penggunaan bahan bakar tidak perlu banyak sehingga dapat menambah berat satelit yang dibawa atau menambah umur operasional satelit.

Baca juga: Lapan berharap "space agency" semakin kuat dalam konsolidasi ke BRIN

Baca juga: BRIN sebut Lapan jadi OPL yang mengurusi keantariksaan di dalam BRIN

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021