Taliban mau dipecah ke mana pun ya tetap orang Afganistan
Bogor (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Afganistan memberi kuliah umum secara virtual kepada civitas akademika di Institut Agama Islam Tazkia, Bogor, Selasa, bertema peran diplomasi Indonesia dalam menjawab tantangan perkembangan situasi di Afganistan.

Kuliah umum itu disampaikan pada pembukaan sesi dinamis mahasiswa semester ganjil 2021/2022.

Kuliah umum juga dihadiri secara virtual oleh Rektor Institut Agama Islam Tazkia Dr Murniati Mukhisin, MAcc CFP, Pembina Tazkia Grup Dr Muhammad Syafii Antonio, MEc, Sekretaris Yayasan Tazkia Dr Ahmad Mukhlis Yusuf, dan 411 mahasiswa Tazkia.

Dubes mengajak mahasiswa untuk bersama-sama Pemerintah RI berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian di Afganistan menuju negara Islam moderat yang sedang dirajut negara tersebut.

Arief meyakinkan mahasiswa bahwa Indonesia begitu diandalkan menjadi jembatan perdamaian Afganistan karena Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Baca juga: MUI dorong pemerintah dan OKI beri solusi perdamaian di Afghanistan
Baca juga: Pakar: Konflik Afghanistan jangan sampai rusak persatuan di Indonesia


Indonesia tidak diragukan telah sukses mendiplomasi berbagai persoalan yang terjadi di dunia internasional, selama menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada masa 1973-1974, 1995-1996, 2007-2008, dan 2019-2020.

Selain itu, kata Arief, Indonesia dan Afganistan memiliki sejarah yang kuat karena ketika Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, dua tahun kemudian, Afganistan mengakui kedaulatan RI yakni pada 23 September 1947.

Afganistan yang merdeka pada tanggal 19 Agustus 1919, kemudian kini seolah merdeka kembali setelah diduduki AS dan sekutunya selama 20 tahun sejak Desember 2001. AS resmi menarik seluruh pasukannya dari Afganistan tanggal 31 Agustus 2021.

Melalui kebijakan Presiden Joe Biden yang memandang sudah saatnya memutuskan masa depan Afganistan sendiri, maka akhir Agustus 2021 itu Afganistan mulai berbenah bersama saudara sebangsanya sendiri.

Arief menyebut, keberadaan kelompok Taliban yang kini menjadi penguasa Afganistan, tengah bergelojak dengan warga yang menolak Taliban.

Bagaimana pun, kata Dubes, kelompok yang bertikai di Afganistan adalah warga negara Afganistan sendiri, yang perlu didamaikan melalui berbagai upaya diplomasi.

"Taliban mau dipecah ke mana pun ya tetap orang Afganistan," ujarnya.

Baca juga: Menlu RI: Keselamatan, kehidupan warga Afghanistan prioritas utama
Baca juga: Airbnb buka penginapan untuk pengungsi Afganistan


Dubes juga menyampaikan kepada Afganistan bahwa mahasiswa di Kabul dan masyarakat di sana tidak miskin ilmu seperti yang dibayangkan terhadap sebuah negara yang sedang dilanda konflik berkepanjangan.

Semangat berwirausaha dan belajar mereka cukup tinggi, bahkan patut dicontoh dengan segala situasi yang menimpanya, kata Dubes.

Di Indonesia ada 22 mahasiswa Afganistan yang mendapat beasiswa dan berkuliah di Semarang.

"Bahasa Indonesia mereka lebih fasih dari kita, begitupun sopan santunnya," kata Dubes.

Ia menambahkan dua orang di antaranya sekarang bekerja di Kedubes RI.

Baca juga: Pakar: Indonesia bisa fasilitasi konflik Afghanistan asalkan diminta
Baca juga: Pakar ingatkan Indonesia tidak campuri urusan internal di Afganistan


 

Pewarta: Linna Susanti/Budi Setiawanto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021