Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) memaparkan hasil investigas yang telah dilakukan terhadap insiden kebakaran Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat, pada 29 Maret 2021 lalu.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pihaknya melibatkan empat investigator eksternal untuk mengaudit hasil investigasi Kilang Balongan, yaitu Dirjen Migas Kementerian ESDM, BPPT, LAPI ITB, dan investigator luar negeri Det Norske Veritas.

"Kami jadikan hasilnya (audit investigasi) ini untuk improvement karena ini yang paling penting," ujarnya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Polri: Segera ada tersangka kebakaran kilang Balongan

Nicke menjelaskan pihaknya telah mendapatkan pelajaran dari hasil investigasi tersebut guna meningkatkan fasilitas pengaman yang tidak hanya di kilang saja, tetapi dijadikan standar untuk sektor hulu dan hilir Pertamina.

Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono mengungkapkan peristiwa kebakaran terjadi di aera offside kilang antara pertankian, sehingga area pemerosesan minyak tidak ada masalah.

Terdapat empat tangki yang terbakar, yaitu tangki E, F, G, dan H dari 71 tangki dengan luasan sekitar hampir dua haktare dari total 180 hektare.

"Tangki G yang ini terjadi explotion pada 28 Maret 2021. Semua dioperasikan di bawah kapasitas maksimum operasinya," ujar Djoko.

Baca juga: Pertamina didampingi Kejari Indramayu dalam proses ganti rugi

Berdasarkan alat lightning detection system milik PT PLN (Persero) menyebutkan bahwa hasil pengukuran sepanjang pukul 23.00 hingga 01.00 hari terdapat 241 kali sambaran petir.

Adapun hasil analisis BMKG menyatakan ada kumpulan awan dan sambaran petir dengan radius 17 kilometer saat malam kebakaran tersebut.

"Kami mendapatkan data dari PLN yang mempunyai alat bernama lightning detection system dan juga dari BMKG," terang Djoko.

Sementara itu dari hasil investigasi serta analisis empat tim investigator menduga kebocoran disebabkan oleh sambaran petir yang menyebabkan degradasi pada dinding tangki G yang menyebabkan penipisan dinding tangki, lalu disusul robek dan kebocoran dinding tersebut akibat tekanan mekanik dari dalam tangki yang berisi bahan bakar minyak.

Insiden kebakaran terjadi akibat sambaran petir pada tangki G yang menghasilkan segitiga api berupa oksigen, vapor hydrocarbon, serta sambaran petir yang memicu ledakan.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021