Jakarta (ANTARA) - Banyak orang berpikir bahwa penyedia layanan data sedang berpesta pora di tengah pandemi lantaran peralihan berbagai macam aktivitas dari offline menjadi online.

Namun faktanya tidak sesederhana yang dilihat sebab mereka para penyedia layanan data pun terdampak badai yang sama dan harus tetap kreatif mencari jalan agar mampu bertahan.

Meskipun sejatinya memang pandemi telah memberikan peluang sekaligus tantangan yang tidak mudah bagi operator seluler khususnya penyedia layanan data di Indonesia.

Namun secara keseluruhan industri termasuk sektor telekomunikasi tetap mengalami tekanan berat mengingat pandemi telah mendampak pada semua kegiatan bisnis.

Maka kemudian di tengah pendapatan yang kurang optimal akibat daya beli melemah, penyedia layanan data dihadapkan pada kenyataan tentang sengitnya kompetisi bisnis hingga beban biaya operasional yang tetap sama dan sama sekali tidak berkurang sedikitpun.

Meski begitu dalam perkembangannya ada sejumlah peluang positif di dalam industri telekomunikasi di Indonesia. Salah satunya terkait semakin besarnya peluang konsolidasi operator. Hal tersebut dinilai akan membawa dampak menyehatkan bagi industri telekomunikasi secara umum.

Pengamat telekomunikasi dari ITB Joseph M Edward menilai merger (penggabungan) dari penyedia layanan data dapat menciptakan industri telekomunikasi yang lebih sehat, sekaligus menguntungkan bagi konsumen karena dapat menikmati layanan telekomunikasi dengan tarif terjangkau dan berkualitas.

Penggabungan ini disebut Joseph yang juga Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB itu akan bisa menciptakan layanan dan inovasi terbaik, yang didorong terciptanya struktur pasar dan industri yang lebih kompetitif.

Peluang dan tantangan
Kabar baik bagi para penyedia data adalah pandemi yang mendorong cara kerja digital, sekolah, dan kehidupan sehari-hari jelas akan menciptakan permintaan data dalam jangka panjang.

Sedangkan ada peluang lainnya berupa peningkatan permintaan layanan fixed broadband (FTTH). Bahkan pemerintah telah menyediakan berbagai kebijakan pendukung yang diharapkan cukup memadai.

Misalnya saja dengan telah disahkannya UU Cipta Kerja yang diharapkan mampu menghadirkan manfaat positif jangka panjang, termasuk di antaranya efisiensi capex dan opex guna menyediakan layanan 5G.

Sementara di sisi lain, penyedia layanan data memang dituntut untuk kreatif dan inovatif mengingat sejumlah tantangan yang harus dihadapi sepanjang 2021.

Tantangan paling nyata di depan mata tak lain adalah kompetisi yang begitu ketat antara operator yang telah dirasakan sejak akhir 2020 dimana tensi dan intensitas kompetisi kian memanas dan berdampak pada pertumbuhan industri.

Beberapa operator menetapkan strateginya masing-masing di antaranya Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih yang sejak awal tahun ini bertekad perusahaan akan fokus pada upaya menggenjot pendapatan data yang diimbangi dengan pengelolaan belanja modal yang efektif.

XL juga memilih fokus untuk mendorong digitalisasi, automasi pada berbagai dimensi operasional dan berfokus pada kebutuhan pelanggan.

PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) bahkan optimistis terhadap bisnis layanan data dan layanan digital merupakan masa depan industri telekomunikasi.
Sehingga Telkomsel saat ini fokus mengembangkan ekosistem digital dengan membangun portfolio layanan digital yang beragam, meliputi Digital Lifestyle, Mobile Financial Services, Digital Advertising, dan Digital Banking.

Dukung vaksinasi
Sedangkan Indosat Mega Media (IM2) salah satu contohnya, masih berupaya bangkit di tengah gempuran pandemi COVID-19.

Direktur Utama IM2 Edi Riyanto mengakui pandemi COVID-19 menjadi pukulan berat perekonomian Indonesia dan dunia. Namun, dia bersyukur di balik keterbatasan dan kondisi pandemi, pihaknya masih mampu tumbuh bahkan mencetak beberapa prestasi.

Strategi yang diterapkannya memang tidak jauh dari mengamankan kesejahteraan karyawan dan pelayanan pada pelanggan.

Perusahaan yang telah beroperasi selama 21 tahun ini pun bahkan terlibat dalam program vaksinasi COVID-19 dan menjadi bagian dari pemerintah untuk target vaksinasi.

Pihaknya telah mengadakan vaksinasi AstraZeneca. Total 1.100 vaksin yang diberikan kepada karyawan, lansia dan warga sekitar kantor Indosat Mega Media, Jagakarsa.

Edi berharap dapat terus memberikan pelayanan. Karena kebutuhan internet yang stabil sangat diperlukan masyarakat, utamanya di tengah pandemi saat semua harus dilakukan dari rumah.

Untuk layanan data, perusahaan itu mengembangkan dan menawarkan berbagai macam pilihan paket internet kepada pelanggan melalui GIG untuk retail dan residensial serta IM2Connect untuk bisnis.

Selain berupaya melengkapi kebutuhan data yang diperlukan masyarakat di tengah pandemi, keterjangkauan dan biaya yang kompetitif dibandingkan dengan penyedia jasa layanan internet lainnya juga dikedepankan.

Komisaris IM2 Arief Musta’in menekankan tidak akan pernah pesimistis merespons iklim pandemi yang tak pernah terduga, optimistis merupakan kunci utama untuk dapat mencapai semua tujuan dan pencapaian ke depan.

Terlebih berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sektor telekomunikasi (Infokom) mengalami pertumbuhan sebesar 10,9 persen pada kuartal II 2020 (Q2 2020), jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya (Q2 2019).

Di sisi lain sebagaimana hasil survei yang dilakukan oleh global Grant Thornton menunjukkan bahwa 57 persen para pelaku bisnis telekomunikasi di tingkat global menyatakan optimistis terkait prospek ekonomi selama 12 bulan ke depan.

Angka ini naik 14 persen dibanding tahun sebelumnya mengingat taraf optimisme berada pada angka 43 persen. Fakta ini ditunjang dengan adanya peningkatan pendapatan (revenue) pada industri telekomunikasi dan adanya kebutuhan (demand) pasar.

Optimisme pada sektor telekomunikasi harus menjadi modal tersendiri bagi para penyedia layanan data agar mampu mengoptimalkan peluang di tengah pandemi COVID-19.

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021