Bandung (ANTARA) - Peluang kontingen Jawa Barat (Jabar) untuk bisa kembali menjadi juara umum Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021 terbuka lebar.

Di PON XIX Jabar Tahun 2016, Jabar selaku tuan rumah juga keluar sebagai juara umum pesta olahraga terbesar tingkat nasional itu.

Hingga Kamis (14/10) pukul 10:00 WIB, Jabar masih menjadi pemuncak klasemen perolehan medali dengan mengemas 126 emas, 97 perak dan 114 perunggu.

Berada di posisi kedua, Jawa Timur yang sudah merangkum 106 emas, 86 perak dan 80 perunggu. Sedangkan DKI Jakarta menempati peringkat ketiga dengan perolehan medali 100 emas, 87 perak dan 96 perunggu.

Baca juga: (Round up) - Jabar di ambang ulangi sukses jadi juara umum 

Prestasi kontingen Jabar di PON XX Papua tidak hanya soal perolehan medali, tetapi juga rekor-rekor PON dan Asia yang dicatatkan atlet-atlet Jabar dari beberapa cabang olahraga.

Lima pelari Jabar, misalnya, memecahkan tiga rekor sekaligus. Rekor pertama dicatat oleh Halomoan Edwin Binsar Simanjuntak pada nomor lari gawang 400 meter. Peraih medali perak Sea Games ini mencatatkan waktu tercepat 51.33 detik.

Catatan waktu tersebut pun memecahkan rekor PON yang sebelumnya dipegang pelari Nusa Tenggara Barat (NTB) Andrian dengan 51.83 detik pada PON XIX Tahun 2016.

Melansir laman resmi KONI Jabar, Halomoan memang bertekad untuk memecahkan rekor PON, selain meraih medali emas.

Halomoan mengaku secara pribadi sudah menargetkan untuk bisa memecahkan rekor, minimal rekor PON, dan hal itu tercapai.

Baca juga: Halomoan akui tak maksimal meski raih emas dan pecahkan rekor PON 

Selain Halomoan, pelari asal Jabar Tyas Murtingsih juga mampu memecahkan rekor nasional pada nomor lari putri 100 meter yang selama 20 tahun dipegang oleh Irene Truitje dengan catatan waktu 11.74 detik. Sedangkan dalam PON XX Papua 2021, Tyas mencatatkan waktu 11.67 detik.

Tyas juga turut memecahkan rekor PON nomor 4x100 estafet putri milik DKI Jakarta dengan waktu 45.93 detik di PON XVII Kalimantan Timur 2008.

Bersama Raden Roselin Fika, Erna Nuryanti dan Ulfa Silpiana, Tyas mencatatkan waktu 45,67 detik.

Rekor tidak hanya dicatatkan atlet Jabar dari cabang atletik, tetapi juga cabang angkat berat lewat Susi Susanti yang turun di kelas 52kg, yang melampaui rekor Asia dan Rakornas untuk jenis angkatan deadlift yang sebelumnya dipegang oleh Chou Yu Ji dari Taiwan.

Total angkatan Susi untuk jenis angkatan deadlift mencapai 197,5kg.

Kemudian, tim polo air putra Jabar meraih medali emas untuk kali pertama dalam 50 tahun terakhir. Pada laga final, tim polo air putra Jabar mengalahkan DKI Jakarta dengan skor 8-5.

Gubernur Jabar M Ridwan Kamil menyaksikan secara langsung perjuangan tim polo air putra Jabar saat mencatat sejarah di Arena Akuatik Kampung Harapan Stadion Lukas Enembe, Sentani, Kabupaten Jayapura, pada Senin (4/10) lalu. 

Baca juga: Tyas Murtiningsih tak menyangka mampu pecahkan rekor PON 
Baca juga: Susi Susanti pecahkan rekor Asia angkatan dead lift di PON Papua 


Pria yang akrab disapa Kang Emil itu pun mengaku sangat bangga karena tim polo air putra Jawa Barat menjadi yang terbaik se-Indonesia.

Saat itu, ia menuturkan jika target satu emas dari polo air itu telah terpenuhi.

Tim polo air putra Jabar tertinggal 1-3 dari DKI Jakarta pada babak pertama. Namun perlahan tapi pasti, tim polo air putra Jabar bangkit dan menguasai pertandingan.

Pada pertengahan babak kedua, Jabar memangkas jarak skor menjadi 2-3. Di akhir laga, Jabar keluar sebagai pemenang.

Sepanjang pertandingan, Kang Emil bersama kontingen PON Jabar lainnya terus membunyikan alat tradisional bambu untuk memberikan semangat kepada tim polo air putra Jabar dari tribun penonton.

Rekor dan sejarah yang dicatatkan para atlet itu akan membuat capaian Jabar di PON XX Papua menjadi paripurna.

Terlebih jika melihat klasemen perolehan medali pada H-1 jelang berakhirnya PON Papua, peluang Jabar untuk menjadi juara umum sangat besar. 

Baca juga: Polo air putra Jabar cetak sejarah raih emas di PON Papua 
Baca juga: Rekor-rekor baru bermunculan di PON Papua 

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021