Jakarta (ANTARA) - Gurubesar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, Prof. DR. Dr. Soedjatmiko, SpA (K) MSi, mengatakan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah perlu disiapkan dan didukung oleh berbagai pihak, tidak hanya sekolah saja melainkan juga orang tua.

“Pembelajaran tatap muka itu tidak hanya menyoroti masalah di sekolah saja, tapi juga proses dari berangkat ke sekolah sampai balik lagi ke rumah. Semua itu proses yang sangat panjang dan perlu diperhatikan agar jangan sampai tertular COVID-19,” kata Soedjatmiko dalam webinar terkait PTM pada Selasa.

Ia menyebutkan bahwa serangan COVID-19 gelombang pertama dan kedua pada tahun ini telah menyebabkan sekitar 25.202 anak menjadi yatim piatu. Soedjatmiko juga mengingatkan kasus COVID-19 pada gelombang kedua didominasi oleh klaster keluarga.

Hal tersebut menjadi catatan penting pada pelaksanaan PTM yang mulai berlangsung di sejumlah wilayah. Soedjatmiko mengingatkan jangan sampai gelombang ketiga muncul karena kelalaian protokol kesehatan selama PTM berlangsung.

Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum memutuskan dan melepaskan anak kembali ke sekolah untuk mengikuti PTM.

Baca juga: Disiplin protokol kesehatan agar tak tercipta klaster baru di sekolah

Pertama, pastikan kasus baru COVID-19 dan angka kematian sangat rendah di wilayah tempat tinggal dan sekolah. Kedua, pihak sekolah atau komite sekolah harus menyiapkan sejumlah peraturan dan strategi untuk mencegah penularan COVID-19 pada siswa.

“Bentuk Satgas COVID-19 di sekolah. Mereka juga harus aktif. Misalnya, memastikan jendela dan pintu agar selalu dibuka, jangan full AC karena sirkulasi udara jadi lebih terganggu,” ujar Sekretaris Satgas Imunisasi IDAI itu.

Selain itu, pihak sekolah juga harus menyediakan alat pengukur suhu; fasilitas untuk cuci tangan; melakukan desinfektan lantai, meja, kursi, dan alat praktikum secara rutin; selalu menerapkan jaga jarak 1,5 meter; menghentikan segala kegiatan yang berkerumun; serta memastikan tidak ada penjual makanan, minuman, dan mainan di sekitar sekolah untuk mencegah kerumunan.

“Kemudian yang ketiga, guru dan staf sekolah kalau bisa sudah divaksinasi dua kali. Vaksinasi bermanfaat karena dapat memberi perlindungan sekitar 65 hingga 96 persen,” kata Soedjatmiko.

Ia menegaskan para guru yang mengajar harus dalam kondisi sehat, tidak ada gejala seperti demam, batuk, dan pilek. Selain itu, para guru harus aktif mengawasi dan memberi contoh protokol kesehatan kepada murid-muridnya. Pastikan siswa menggunakan masker medis ditambah masker kain dengan benar, tidak longgar dan juga tidak melorot.

Keempat, pastikan tingkat kesiapan pada diri siswa sebelum PTM. Soedjatmiko mengatakan bagi siswa yang berusia lebih dari 12 tahun setidaknya harus melakukan vaksinasi COVID-19 sebanyak dua kali. Sementara bagi yang berusia kurang dari 12 tahun, dapat melengkapi imunisasi lainnya.

“Vaksin COVID-19 yang ada di Indonesia saat ini belum ada hasil uji klinis untuk anak di bawah 12 tahun. Mereka bisa melengkapi imunisasi yang lain, selain tentu saja harus pakai masker dan jangan berkerumun,” katanya.

Ia mengatakan anak-anak perlu dipastikan agar selalu menaati protokol kesehatan tidak hanya pada saat di sekolah, melainkan juga pada saat di perjalanan dan kendaraan umum hingga sampai di rumah.

“Penularan bisa terjadi di mana saja, mulai dari rumah, jalan atau kendaraan umum, dan sekolah. Jadi tidak bisa kita hanya memfokuskan sekolah saja tapi di rumahnya tertular,” ujarnya.

Kelima, pastikan tingkat kesiapan di dalam keluarga. Soedjatmiko mengatakan orang tua dan anggota keluarga di rumah juga harus melakukan vaksinasi sebanyak dua kali, apalagi bagi orang tua yang bekerja di luar rumah

Selain itu, orang tua perlu menyediakan masker sesuai ukuran anak serta selalu memberi contoh dan edukasi kepada anak-anak agar memahami pentingnya protokol kesehatan dan bahaya virus COVID-19.

Terakhir, Soedjatmiko menekankan agar semua pihak, baik itu guru, orang tua, maupun siswa agar selalu waspada apabila dirinya atau orang di sekitar muncul gejala-gejala seperti demam, batuk, pilek, sesak nafas, diare, dan indera penciuman hilang, untuk segera berobat. Jika perlu lakukan tes antigen atau PCR untuk memastikan kondisi kesehatan lebih lanjut.

Baca juga: Kemenkes awasi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga selama PTM

Baca juga: Menyiapkan anak ikuti PTM menurut pakar

Baca juga: Tidak boleh ada diskriminasi untuk murid belajar dari rumah selama PTM


Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021