Maka dari itu, bank sentral terus meningkatkan komunikasi mereka kepada pasar, masyarakat, dan pemangku kebijakan lain
Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono menilai komunikasi memegang peranan penting dalam kebijakan bank sentral di berbagai dunia.

"Maka dari itu, bank sentral terus meningkatkan komunikasi mereka kepada pasar, masyarakat, dan pemangku kebijakan lain," kata Doni dalam International Flagship Webinar di Jakarta, Jumat.

Bahkan, bank sentral saat ini sedang mentransformasikan komunikasinya agar seluruh masyarakat dari berbagai kalangan bisa tertarik dan merespons dengan cepat pesan bank sentral.

Doni menjelaskan terdapat dua golongan masyarakat yang menerima komunikasi bank sentral, yakni expert audience yang memiliki ketertarikan untuk mengikuti kebijakan dan non-expert audience yang tidak terlalu tertarik dan tidak merespons dengan cepat pesan bank sentral.

Maka dari itu, hal tersebut menjadi pendorong bank sentral terus berusaha mentransformasikan komunikasi agar bisa lebih mudah diterima masyarakat umum.

"Sebagai lembaga independen, bank sentral harus bisa memperlihatkan akuntabilitasnya kepada publik, sehingga analisis kebijakan perlu diumumkan dengan cara yang sederhana agar expert dan non-expert audience bisa mengerti keputusan moneter yang dilakukan," tuturnya.

Di Indonesia, ia menyebutkan setidaknya terdapat dua faktor utama yang mendorong BI sebagai bank sentral mengubah cara berkomunikasi, yakni digitalisasi yang cukup marak dan terdapat 60 persen populasi merupakan milenial dengan akses kepada telepon genggam yang cukup tinggi.

Kendati demikian, transformasi komunikasi tersebut tetap dilakukan dengan transparan, kredibel, dan menarik di mata pemangku kebijakan, serta didukung digitalisasi.

Selain itu, Donny mengungkapkan terdapat pula tiga fondasi yang membangun kerangka komunikasi terbaru BI, yaitu mengatur ekspektasi pemangku kebijakan, meningkatkan literasi publik, dan mengatur transparansi dan tanggung jawab untuk mendukung efektivitas kebijakan BI.

"Tiga fondasi ini memiliki tantangan di tengah pandemi, namun tetap bisa mendukung pemulihan ekonomi nasional," tutupnya.

Baca juga: BI: Kebijakan moneter 2022 akan lebih mendukung stabilitas ekonomi
Baca juga: BI prediksi transaksi digital banking capai Rp48 ribu triliun di 2022
Baca juga: Bantu APBN 2022, BI akan beli SBN Rp224 triliun

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021