Jakarta (ANTARA) - Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XLII DIM 1627/Rote Ndao Esther Educ Permadi mengajak para anggota yang tergabung dalam kelompok tersebut untuk lebih produktif pada masa pandemi COVID-19, salah satunya dengan cara menenun.

"Kami berharap anggota Persit yang lain bisa belajar menenun," kata Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XLII DIM 1627/Rote Ndao Esther Educ Permadi melalui kanal YouTube TNI AD yang dipantau di Jakarta, Senin.

Dorongan dan harapan itu ia sampaikan karena Tanah Rote memiliki ciri khas yang tidak dimiliki daerah lain, yakni tenunan. Apalagi, tenun dari Rote cukup unik dan dikenal luas di Tanah Air.

Baca juga: Penenun Rote konsisten manfaatkan bahan ramah lingkungan

Dengan menenun, katanya, maka anggota Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XLII DIM 1627/Rote Ndao bisa menghasilkan sendiri karya tanpa harus membeli. Selain mengisi waktu luang, kegiatan itu produktif dari segi ekonomi sekaligus tetap menjaga kearifan lokal.

Ia mengakui  saat ini yang menjadi kendala ibu-ibu Persit adalah belum tersedianya sarana dan prasarana atau alat untuk menenun yang layak digunakan kaum perempuan.

"Harapan kita, ke depannya bisa terwujud dan anggota Persit bisa produktif dengan karyanya," kata dia.

Baca juga: Tenun Rote sesuai standar pasar internasional

Sementara itu, salah seorang anggota Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XLII DIM 1627/Rote Ndao, Maria Silvester Berek mengatakan rutinitas menenun sudah ia tekuni sejak kecil.

Ia mengaku diajarkan menenun langsung oleh nenek dan orang tuanya sejak masih berusia 10 tahun.

Bagi perempuan Rote, menenun adalah sebuah keharusan. Bahkan, jika tidak bisa menenun maka belum diperbolehkan untuk menikah.

Baca juga: Merdi tampilkan 24 koleksi tenun ikat di Swarna Fest

"Harus diwajibkan pandai menenun. Kalau belum bisa maka belum bisa menikah," kata dia.

Untuk pengerjaan satu helai selendang khas Rote biasanya membutuhkan waktu hingga satu minggu. Hasil buah tangan penenun tersebut dipajang di sebuah sanggar.

Tidak hanya selendang, para ibu-ibu di daerah itu juga membuat aneka cendera mata perlengkapan adat. Contoh ikat pinggang, perhiasan kepala, tangan, dan lain sebagainya yang terbuat dari pelat atau logam.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021