Hidup berdampingan jika ada yang tidak baik maka bisa merugikan yang lain
Jakarta (ANTARA) - Universitas Pancasila (UP) Jakarta meresmikan rumah ibadah Gereja Katolik Santo Petrus untuk melengkapi enam rumah ibadah di lingkungan kampus yang telah diresmikan sebelumnya.

"Sebelumnya kami juga sudah meresmikan Masjid, Klenteng, Pura, Vihara, Graha Layanan Kristen Gereja Protestan dan sekarang Gereja Katolik Santo Petrus," kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Siswono Yudohusodo di kampus UP Jakarta, Rabu.

Siswono berharap agar umat beragama baik itu Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu bisa menjalankan ibadahnya dengan baik sehingga menjadi umat yang taat.

"Bagaimanapun juga hidup berdampingan jika ada yang tidak baik maka bisa merugikan yang lain," katanya.

Pembangunan rumah ibadah yang diinisiasi oleh Siswono Yudohusodo, rumah ibadah yang ada di UP letaknya saling berdekatan antara satu dengan yang lainnya, ini diharapkan dapat semakin menumbuhkan rasa kepedulian dan saling pengertian antara seluruh Sivitas Akademika UP yang memiliki kepercayaan yang beragam sehingga dapat menimbulkan rasa toleransi antarumat beragama.

Selain itu rumah ibadah ini juga diharapkan menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya agar dapat memfasilitasi para sivitas akademikanya untuk dapat beribadah dengan nyaman dan sesuai dengan ajaran yang dianut sehingga nilai-nilai ajaran Pancasila bukan lagi hanya sekedar teori, tapi menjadi implementasi nyata sehingga nilai-nilai tersebut tidak luntur dan dapat terus diterapkan di lingkungan kampus dan bermasyarakat.


Baca juga: Siswono: Perlu saling memahami antarumat beragama tumbuhkan harmoni

Baca juga: Universitas Pancasila resmikan rumah ibadah agama Budha vihara


Sementara itu Rektor Universitas Pancasila Prof. Edie Toet Hendratno mengatakan UP menyandang nama besar Pancasila yang juga merupakan ideologi negara, tentunya menjadi tanggung jawab tersendiri bagi UP untuk mengimplementasikan tiap butir dari 5 sila yang ada, salah satunya yaitu rumah ibadah yang menjadi simbol kerukunan dan toleransi beragama yang ada di Indonesia sejak dahulu kala.

Dari sekitar 4.000 perguruan tinggi yang ada di Indonesia, UP menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta yang memiliki 6 rumah ibadah.

Kardinal Prof. Dr. Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo yang merupakan Uskup Agung Jakarta, dalam sambutannya mengatakan bahwa kompleks rumah ibadah ini diharapkan bisa menjadi pengingat bahwa nilai-nilai pancasila dekat dengan kita, dengan adanya 6 rumah ibadah ini akan semakin membuat toleransi antar umat beragama menjadi lebih harmonis, Indonesia yang kaya akan keragaman suku, budaya dan agama menjadi refleksi kerukunan bukan hanya bagi masyarakat di Indonesia saja, tetapi masyarakat dunia.

Dalam suatu momen yang diadakan di Roma, Italia Kardinal Prof. Dr. Iganitius menyampaikan sambutan yang hangat dari masyarakat dunia terkait Pancasila ini, mereka bahkan hadir langsung dan mengutarakan niatnya untuk belajar tentang kerukunan beragama.


Sedangkan Ditjen Bimas Katolik Kemenag RI Albertus Magnus Adiyarto Sumardjono, menyampaikan bahwa Gereja Santo Petrus ini menunjukkan wajah Indonesia yang penuh keanekaragaman, pendidikan tidak hanya melalui akademik tetapi juga pendidikan spiritual, penting untuk akademisi untuk berefleksi, mengambil waktu hening untuk mencari kembali makna berelasi dengan Tuhan, mematangkan iman, menjernaihkan pikiran, mematangkan kepribadian dan membuat kita lebih bijaksana sehingga gagasan-gagasan baru bisa lahir dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi atas ide brilian membangun kompleks rumah ibadah di tengah ancaman radikalisme, oleh karena itu moderasi beragama merupakan ide yang perlu terus digaungkan. Pemerintah berharap Sivitas Akademika UP dapat menjadi agen penggerak yang selalu melestarikan nilai-nilai Pancasila.

Baca juga: Hasto sebut Ideologi Pancasila dasar hadapi turbulensi peradaban

Baca juga: Universitas Pancasila resmikan Klenteng Kebajikan Agung


Pewarta: Feru Lantara
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021