London (ANTARA) - Nilai mata uang Poundsterling mencapai angka tertinggi terhadap Euro sejak akhir Februari 2020, seiring dengan meredanya kekhawatiran atas dampak ekonomi akibat pandemi yang mendorong optimisme pelaku pasar terhadap mata uang, sementara analis memperkirakan lebih banyak kenaikan suku bunga dari Bank of England pada  2022.

Selera risiko didukung oleh tanda-tanda upaya pengendalian dampak ekonomi dari pandemi oleh pemerintah-pemerintah melalui pelonggaran peraturan isolasi alih-alih melakukan penguncian, meski angka virus corona mencapai tingkat yang sangat tinggi.

Poundsterling merupakan mata uang risk-on yang akan diuntungkan dari stimulus fiskal dan finansial besar serta perkiraan pandemi yang lebih jinak, kata kepala bagian risiko dari Ebury, Enrique Diaz. Target jangka pendeknya adalah pada level sebelum pandemi yakni 83 pence per Euro.

Baca juga: Dyche: terkadang ada jurang jutaan poundsterling yang sulit dilewati

Bahkan dengan penghapusan akomodasi moneter, bank sentral akan meninggalkan kebijakan stimulatif yang signifikan di masa mendatang. Ini positif untuk mata uang risk-on dan positif untuk sterling, tambahnya. Sterling naik 0,2 persen terhadap Euro pada 83,7 pence per euro, level tertinggi sejak 26 Februari 2020. Sterling naik 0,1 persen terhadap dolar pada 1,3516 dolar, dalam jarak yang sangat dekat dari angka tertinggi sejak 10 November.

Saat ini, pasar memperkirakan peluang sekitar 95 persen dari kenaikan suku bunga 100 basis poin dari Bank of England pada akhir  2022.

Sumber: Reuters

Baca juga: Dolar AS melemah saat meningkatnya poundsterling Inggris
Baca juga: Yen didukung oleh kegelisahan China, poundsterling di bawah tekanan


Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021