Jakarta (ANTARA) - Screen time atau waktu anak menggunakan gawai yang membuatnya terlalu terpaku pada layar menjadi masalah yang pelik.

Beberapa orang tua sangat ketat tak mengijinkan anaknya untuk screen time, sementara yang lain agak longgar.

Akademi Kedokteran Anak Amerika Serikat melarang screen time bagi anak di bawah 18 bulan, kecuali melakukan obrolan video. Sementara untuk anak usia satu dan dua, maksimal adalah satu jam.

Belakangan, sebuah program anak-anak berisi medley lagu-lagu anak berjudul Cocomelon menjadi favorit hampir semua anak di dunia.

Beberapa warganet menyoroti bahwa tayangan Cocomelon memicu anak untuk jadi terlalu aktif, pasalnya tempo adegan per adegannya disebut terlalu cepat.

Dibanding tayangan "My Little Pony" misalnya, adegan berganti setiap empat sampai enam detik, sementara Cocomelon berganti setiap satu hingga tiga detik.

Sebuah penelitian pada 2011, dikutip dari Parents.com pada Rabu, menyebutkan bahwa menonton sebuah program dengan tempo yang cepat selama sembilan menit mampu merusak fungsi eksekutif seorang anak.

Namun pada 2015, peneliti yang sama yakni Angeline Lillard, seorang psikolog perkembangan dari Universitas Virginia, menggelar studi lain.

Kali ini dia dan rekannya menyimpulkan bahwa "konten yang fantastis" bukan tempo-nya yang sebenarnya jadi masalah.

Dalam kedua studi, efeknya cuma terjadi dalam jangka pendek.

Tanpa penelitian empiris pada acara "Cocomelon", tidak ada data untuk mendukung klaim bahwa pertunjukan ini terlalu merangsang yang diakibatkan oleh kecepatan adegan, demikian kata Rebecca G. Cowan, Ph.D., LPC, NCC, BC-TMH, DCCMHS, seorang profesor di perguruan tinggi ilmu sosial dan perilaku di Universitas Walden.

Dr. Cowan percaya bahwa kuncinya, seperti banyak aspek pengasuhan, adalah memantau dan mengenal anak Anda.

"Tidak setiap anak akan menanggapi acara seperti Cocomelon dengan cara yang sama," katanya, seraya menambahkan bahwa tidak ada "usia ajaib" ketika seorang anak dapat lulus ke program yang lebih cepat. "Perhatikan bagaimana anak Anda merespons, dan jika mereka tampak terlalu bersemangat atau tertekan, campur tangan jika Anda merasa perlu."

Dr Cowan mengatakan tanda-tanda anak terlalu terstimulasi termasuk menangis, marah, dan tampak lelah atau rewel.

Jika anak Anda terlalu bersemangat dan kesal saat acara selesai atau waktu layar habis, orang tua dapat membantu mereka mengatasi masalah dengan cara sebagai berikut:

Baca juga: Kevin Mayer dan Tom Staggs akuisisi CoComelon dan Blippi

Baca juga: Psikolog: Batasi penggunaan gawai anak dengan beraktivitas bersama


1. Tetap tenang dan sabar

Dr Cowan mengatakan orang tua harus bertindak sebagai kekuatan yang menenangkan. "Anak Anda akan menangkap emosi Anda, dan jika Anda tertekan, mereka juga akan merasakannya," katanya.

2. Ubah suasana

Dr Cowan menyarankan pindah ke lingkungan yang tenang dengan anak Anda, seperti kamar tidur atau halaman belakang.

"Terlibat dalam kegiatan yang menenangkan, seperti mendengarkan musik santai, membaca buku, atau berjalan-jalan di alam," katanya.

3. Biarkan perasaan besar terjadi

Anda mungkin berpikir menghentikan tayangan Cocomelon bukanlah masalah besar, tetapi mungkin bagi anak Anda.

"Validasi perasaan anak Anda dan biarkan mereka tahu bahwa Anda mengakui bahwa mereka merasa kesal atau di luar kendali," saran Dr. Cowan.

4. Ajarkan strategi coping

Dr Cowan mengatakan teknik seperti pernapasan lima jari, di mana seorang anak mengambil lima napas dalam-dalam dan menghitung masing-masing menggunakan jari mereka, dapat membantu anak belajar menenangkan diri (coping).

Pada akhirnya, orang tua adalah ahlinya untuk anak-anak mereka. Mereka tahu preferensi mereka dan tanda bahaya bahwa ada sesuatu yang salah.

"Ingat, Anda yang paling mengenal anak Anda," kata Dr. Cowan

Baca juga: Raisa tak jadikan gawai sebagai "musuh" anak

Baca juga: Hindari gawai terlalui dini cegah anak telat bicara

Baca juga: Orang tua wajib dampingi anak autisme akses gawai di era digital

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022