Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) Petrus Reinhard Golose menduga 218,46 kg sabu-sabu dan 16.586 butir ekstasi bersumber dari sindikat Golden Triangle yang merupakan penghasil sabu-sabu terbesar di Asia Tenggara.

"Kalau dari cover-nya, itu pasti berasal dari Golden Triangle seperti pengalaman tahun-tahun sebelumnya," kata Golose kepada wartawan di Ruang Ahmad Dahlan Kantor BNN RI, Jakarta Timur, Senin.

Adapun yang menjadi ciri khas dari cover atau bungkus sabu-sabu milik Golden Triangle adalah menggunakan bungkus teh China. Akan tetapi, kata Golose melanjutkan, terdapat motif jenis baru, yakni bungkus dengan motif batik.

Dugaan yang serupa juga berlaku pada 16.586 butir ekstasi yang petugas BNN ungkap pada operasi mereka di daerah Dumai, Provinsi Riau pada Sabtu (8/1). Golose mengatakan, berdasarkan pengamatannya terkait kualitas cetakan pada butir ekstasi tersebut, kemungkinan besar juga berasal dari Golden Triangle.

"Kalau kita lihat di ekstasinya, dulu banyak juga clandestine laboratories (laboratorium gelap narkoba, red.) di Indonesia. Tapi, kalau kita lihat dari cetakan sebagus ini, ini cetakannya Golden Triangle. Berarti ada juga demand (permintaan ekstasi, red.) dari dalam negeri," ucap dia.

Baca juga: BNN sebut masalah Myanmar akibatkan peningkatan peredaran narkoba

Baca juga: Jaringan narkoba Dumai-Madura edarkan sabu-sabu dari "Golden Triangle"


Golden Triangle merupakan kawasan segitiga emas yang menjadi pusat produksi berbagai jenis narkotika di Asia Tenggara dan berlokasi di wilayah pedalaman dan pegunungan di bagian utara Myanmar, Thailand, dan Laos.

Hingga saat ini, pihak BNN masih berupaya untuk terus mengembangkan kasus dan mengungkap jaringan kejahatan narkotika lainnya di Indonesia, khususnya untuk melihat berbagai jalur masuk yang digunakan oleh sindikat narkoba ke Indonesia.

Golose juga mengatakan bahwa yang menjadi perhatian saat ini adalah penguatan kerja sama internasional dalam rangka mengungkap para pelaku tindak kriminal transnasional, khususnya terkait dengan operasi antinarkotika.

Negara-negara yang berada di sekitar Golden Triangle, tutur ia melanjutkan, mengalami kesulitan untuk mengendalikan sindikat tersebut.

"Karena rata-rata pemberontak di sana juga berdekatan dengan perbatasan yang menjadi hotspot. Itu juga banyak membuat clandestine laboratories ini, dan hasilnya dilempar ke Indonesia," tutur Golose.

Baca juga: Sindikat narkoba Malaysia-Madura edarkan sabu buatan "Golden Triangle"

Oleh karena itu, Golose menegaskan pentingnya untuk terus bekerja sama dan menegakkan komitmen dalam aksi pencegahan dan pemberantasan narkoba.

"Kita berharap bisa melakukan lagi upaya-upaya yang lain, yang bisa kita lakukan dengan negara-negara lain, terutama di Golden Triangle,” ucap dia.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022