Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak sekaligus Konsultan Tumbuh Kembang Anak Brawijaya Klinik Kemang Bernie Endyarni Medise mengatakan orang tua yang merokok dapat mempengaruhi pemberian asupan gizi pada anak-anak.

“Asap rokok mengganggu penyerapan gizi pada anak dan pada akhirnya mengganggu tumbuh kembangnya,” kata Bernie dalam “Sosialisasi Pemahaman Hubungan Perilaku Merokok dan Stunting” yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Konsumsi rokok mempengaruhi pemenuhan gizi keluarga penerima bansos

Bernie menuturkan pada kasus di Indonesia, ayah yang menjadi perokok aktif dapat mempengaruhi status gizi anaknya menjadi buruk karena menyebabkan pengeluaran per minggu untuk kebutuhan rumah tangga digunakan untuk membeli rokok dibandingkan membeli sumber protein.

Berdasarkan data yang dia miliki, sebesar 22 persen ayah menghabiskan dana untuk membeli rokok, sehingga ibu hanya dapat membeli beras sebesar 19 persen Padahal, uang yang banyak itu dapat dialihkan untuk membeli makanan berprotein seperti daging dan ikan, biaya kesehatan dan pendidikan.

Kurangnya asupan protein hewani itu kemudian menempatkan anak dalam kondisi kurang gizi sehingga menjadi stunted (kekerdilan) atau wasted (kondisi berat badan anak menurun atau sangat kurang). Sayangnya, hal itu kerap terjadi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Baca juga: BKKBN: Rokok jadi faktor Indonesia duduki posisi 108 kekerdilan dunia

“Ini bisa menyebabkan kerusakan yang tidak dapat lagi diperbaiki. Jadi sifatnya permanen dan ini yang kita takutkan pada stunting,” kata dia.

Semakin besar risiko dan semakin lama anak terpapar asap rokok, dapat memperbesar potensi stunting pada anak. Hal itu turut mempengaruhi IQ anak menjadi jauh lebih pendek dibandingkan dengan anak yang orang tuanya tidak merokok termasuk menyebabkan tinggi badan anak menjadi lebih pendek.

Selain ayah, ibu hamil yang merokok juga menyebabkan janin memiliki risiko gangguan kesehatan seperti lahir dengan berat badan rendah (BBLR), prematur, mengalami kecacatan bawaan hingga kematian.

Baca juga: Lentera Anak: Larang penjualan rokok batangan demi cegah perokok anak

Pada organ tubuh anak, anak cederung mudah terkena asma, gangguan penglihatan pada matanya mudah terpapar penyakit berbahaya seperti bronkitis dan leukemia serta fungsi kepandaian menjadi menurun.

Melihat kualitas generasi penerus yang terancam, Bernie meminta semua pihak untuk serius menjaga para ibu hamil dan anak-anak dari rokok agar tak mengganggu tumbuh kembang anak yang sangat bergantung pada 1.000 HPK itu.

“Kalau berat lahirnya rendah, tetap beratnya lebih rendah lagi dibandingkan bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir dari ibu yang tidak merokok. jadi ini risikonya sangat serius di sekitar kita,” tegas Bernie.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022