Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengaku sedang melakukan penilaian rencana kuasi reorganisasi PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR).

Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa Bapepam LK, Gonthor R Aziz di Jakarta, Kamis mengatakan, penilaian terhadap rencana kuasi reorganisasi BNBR itu masih terus dilakukan, salah satunya penurunan nilai nominal saham perseroan antara 40 persen sampai 45 persen.

"Penurunan nilai nominal saham kami perhatikan karena terkait tugas kami juga untuk perlindungan investor," kata dia.

Ia mengharapkan, penurunan nilai saham BNBR agar tidak terlalu besar atau dapat lebih kecil dari kisaran 45 persen itu.

Selain penurunan nilai saham, kata dia, pihaknya juga masih melakukan kajian terhadap dokumen lain dari yang dikirimkan BNBR sebagai persyaratan.

"Business plan juga sedang kita `review`. Sementara hambatan lain masih dalam proses penelaahan," katanya.

Direktur Keuangan BNBR, Eddy Suparno mengatakan, untuk merealisasikan keinginan kuasi reorganisasi itu pihaknya juga meminta persetujuan pemegang saham yang akan dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 6 Oktober 2011.

"Yang paling kritikal adalah persetujuan dari pemegang saham," ujarnya.

Manajemen berharap, pemegang saham dapat mengerti karena perseroan butuh melakukan kuasi reorganisasi untuk menghapus defisit saldo sebesar Rp35 triliun. Untuk dapat terlaksana aksi itu, perseroan setidaknya butuh persetujuan sebesar dua pertiga dari total pemegang saham.

"Kami sadar bahwa kuasi reorganisasi ini hanya awal dari perusahaan untuk kemudian bekerja keras. Sebab setelah ini terjadi maka perusahaan tidak boleh rugi selama lima tahun ke depan," katanya.

Ia mengaku, semua persyaratan dalam bentuk dokumen sudah diserahkan kepada otoritas pasar modal dan tengah menunggu penilaian.

Di dalam melakukan kuasi reorganisasi, menurut Eddy, penurunan nilai nominal saham tidak dapat dihindari. Selain itu, pihaknya akan revaluasi aset, dan penurunan modal perbankan yang diakibatkan turunnya nilai nominal saham.

Perseroan mengharapkan, setelah rencana ini terwujud maka sahamnya akan menjadi lebih likuid, lalu dapat membagi dividen, dan sentimen terhadap saham jadi lebih positif.

"Kondisi sekarang merupakan imbas dari krisis 2008 lalu," ucapnya.

Tercatat, utang BNBR saat ini tersisa Rp9 triliun dengan modal dasar Rp14 triliun. Pihaknya menargetkan utang turun menjadi Rp6,5 triliun pada akhir tahun ini dan berkurang lagi menjadi Rp3,5 triliun pada akhir 2012.

"Kami punya business plan untuk lebih fokus ke depan. Ada dua fokus bisnis yaitu industri berbasis sumber daya alam dan infrastruktur," paparnya.

Sementara dalam PSAK No 51 tentang Akutansi Kuasi Reorganisasi disebutkan, Kuasi Reorganisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh aktiva dan kewajibannya.

Dengan ini diharapkan perusahaan bisa meneruskan usahanya secara lebih baik, seolah-olah mulai dari awal yang baik (fresh start), dengan neraca yang menunjukkan nilai sekarang dan tanpa dibebani defisit

Selain itu, Kuasi Reorganisasi juga hanya boleh dilakukan bila terdapat keyakinan yang cukup bahwa setelah kuasi Reorganisasi perusahaan akan bisa mempertahankan status kelangsungan usahanya (going concern) dan berkembang dengan baik.

Dsebutkan, hal ini dapat dicapai bila perusahaan, meski defisit disebabkan operasi di masa lalu, masih memiliki prospek baik di masa mendatang. Prospek ini bisa timbul dari pengembangan produk dan pasar baru, masuknya grup manajemen baru, atau adanya peningkatan kondisi perekonomian yang dapat mendorong peningkatan basil operasi. (ZMF/A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011