Jakarta (ANTARA News) - Empat warga negara asing asal Belanda, Swedia dan Pakistan menjadi korban tewas dalam bencana tsunami yang melanda Pantai Pangandaran, Ciamis Selatan. Keempat warga asing tersebut masing-masing adalah Elman (58) asal Belanda, Kent Chlnet (46) asal Swedia serta seorang wanita dan anak perempuannya asal Pakistan yang belum diketahui namanya. Korban meninggal hingga pukul 10.00 WIB tercatat 105 orang. Jumlah korban sebanyak itu ditemukan di sepuluh daerah bencana yakni Pantai Krapyak, Pantai Barat, Pantai Timur, Batu Hiu, Karang Tirta, Bojong Salawe, Batu Karas, Bulak Banda, Legok, dan Bulak Laut Pangandaran. Hampir semua infrastruktur penunjang obyek wisata di Pantai Pangandaran hancur total. Pencarian terus dilakukan secara intensif oleh sedikitnya 450 personil TNI dari Kodim 0613 Ciamis dan 111 relawan serta ratusan warga setempat, terutama yang anggota keluarganya belum ditemukan. Personil TNI dan para sukarelawan telah mendirikan Posko Pengungsian di berbagai tempat yang relatif aman di Cijulang, Kali Pucung, Parigi, dan Cidamulih serta memfasilitasi pengungsian ke Masjid Agung Pangandaran. Ratusan hotel dan tempat penginapan serta sentra-sentra kerajinan, warung, cafe dan pasar ikan yang menghadap ke laut hancur. Perahu-perahu yang biasanya berjejer di Pantai barat dan Pantai Timur Pangandaran berserakan di daerah Jalan Bulak Laut, Jalan Jaga Lautan, dan Mekar Asih Pangandaran. Pos Polisi (Pospol) Air Polda Jabar di Pantai Timur Pangandaran rusak berat. "Pangandaran benar-benar kembali ke titik nol. Hampir tidak ada satu pun bangunan yang utuh serta tak ada pula barang berharga yang tersisa. Saya belum tahu kapan memulai kehidupan normal lagi di sini," kata Firman, salah seorang penjual barang-barang kerajinan di Pantai Pangandaran. Diperlukan dukungan tenaga medis, obat-obatan dan makanan. Sejumlah warga mencari peralatan medis hingga ke Tasikmalaya yang jaraknya puluhan kilometer dari Pangandaran. Seluruh jaringan listrik dan telekomunikasi di wilayah tersebut masih mati total, menambah kepanikan warga. Suasana hiruk pikuk di tempat pengungsian membuat suasana mencekam. Para nelayan satu per satu mulai memilih dan memilah-milah perahunya yang telah jadi puing-puing. Sebagian nelayan lain tampak sibuk bersama tim relawan dan personil TNI melakukan pencarian korban ke berbagai lokasi, terutama di reruntuhan hotel dan bangunan besar. Beberapa hotel seperti Bintang Laut, Surya Rini dan Badeto Ratu Motel mengalami kerusakan parah. "Apa yang kami khawatirkan menjadi kenyataan. Saat ini kami membutuhkan bantuan dari Pemerintah agar kami dapat memulai kembali kehidupan yang normal," katanya Deni Hamdani, warga Jalan Hanjata Pangandaran. Tampak iring-iringan bantuan seperti mobil ambulans dan truk mulai ramai menuju ke Selatan Ciamis. Tampak iring-iringan mobil ambulans dari Palang Merah Indonesia (PMI) dan beberapa LSM melaju di sepanjang jalur Ciamis - Pangandaran. Sebanyak enam truk dari Brimob Polda Jabar melintas di jalur tersebut. Menurut laporan badan survey geologi Amerika Serikat (United States Survey Geological-USGS), gempa tektonik yang terjadi pukul 15.19.22 ini berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) dengan pusat gempa di 170 kilometer ke arah selatan Pantai Sindang Barang Cianjur. Lokasi episentrum gempa sendiri berada sekitar 260 arah selatan Kota Bandung di 9,295 LS- 107,347 BT dan kedalamannya 48 kilometer.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006