Adik-adik saya tidak mau belajar terkait ini (falsafah jawa) yang melihat segala sesuatu menggunakan ini (menunjuk dada), bukan ini (menunjuk kepala), mesti kleru (salah),"
Gunung Kidul (ANTARA News) - Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X menyadari akan muncul pro-kontra di dalam internal keraton dan masyarakat usai dikeluarkannya Sabda Raja.

"Saya sudah tahu dari awal akan menimbulkan pro dan kontra," kata Sultan usai melakukan penanaman bibit nyamplung di RPH Gubug Rubuh, Playen, Gunung Kidul, Kamis.

Sultan mengatakan mulai besok kemungkinan akan banyak masyarakat yang meminta klarifikasi terkait sabda raja yang dikeluarkan dua kali oleh Sultan, yakni pada 30 April dan 5 Mei lalu.

"Bagi saya berbeda tidak masalah dan mulai besok pasti ada masyarakat yang meminta klarifikasi terkait Sabda Raja," katanya.

Disinggung mengenai pro-kontra dari dalam keraton, Sultan mengaku sudah mengundang dua kali adik-adiknya untuk mendengar sabda namun tidak mau datang,

"Bagaimana saya mau menjelaskan dan bagaiman mereka tahu isi Sabda Raja, sementara isi sabda yang dimuat di media itu salah," katanya.

Ia berharap adiknya belajar mengenai falsafah Jawa untuk menggunakan hati untuk melihat permasalahan yang ada.

"Adik-adik saya tidak mau belajar terkait ini (falsafah jawa) yang melihat segala sesuatu menggunakan ini (menunjuk dada), bukan ini (menunjuk kepala), mesti kleru (salah)," kata Sultan.

Sultan mengaku akan mengundang lagi adik-adiknya jika Sabda Raja sudah selesai dibahas. "Nanti akan saya undang lagi," katanya.

Ia mengaku tidak mau mengomentari terkait adanya pertemuan adik-adiknya untuk membahas masalah sabda raja. Sultan mengaku akan menggelar jumpa pers terkait masalah ini.

"Bagi saya tidak masalah, pro-kontra itu biasa, tapi yang jelas saya selama ini menghindari pers, dengan harapan adik -adik saya tidak tahu, dan komentar mereka salah," kata dia.

Sultan membantah memiliki dukun atau pembisik yang saat ini banyak ditudingkan kepadanya. "Saya ini tidak punya dukun," tegas Sultan.

Menurutnya, sejak dari dahulu dirinya selalu diminta oleh ayahhandanya Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk datang ke makam leluhur, karena ayahnya lebih banyak di Jakarta.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015