Ajaran Buddha itu welas asih, saling menyayangi dan saling mencitai antarsesama."
Pamekasan (ANTARA News) - Tokoh Buddha dari Madura Kosala Mahinda mengecam kekerasan serta pengusiran etnis Rohingya dari Myanmar karena tindakan tersebut dinilai tidak mencerminkan ajaran agama Budhha.

"Ajaran Buddha itu welas asih, saling menyayangi dan saling mencintai antarsesama," kata Kosala Mahinda dalam wawancara  telepon dengan Antara di Pamekasan, Kamis pagi.

Kasus yang terjadi di Myanmar seharusnya tidak perlu terjadi, katanya.

"Kami berharap konflik di Myanmar itu bisa segera teratasi. PBB harus segera bertindak menyelesaikan persoalan tersebut, karena jika dibiarkan, akan mengancam kerukunan umat beragama di seluruh dunia ini," kata Ketua Yayasan Vihara Avalokitesvara di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, ini.

Kosala menuturkan, kerukunan umat beragama di Indonesia, terjalin dengan harmonis dan saling menghormati perbedaan keyakinan dalam beragama, termasuk di Pamekasan, Madura.

Kosala Mahinda adalah orang yang mendapatkan perhargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai  tokoh yang mampu mempelopori kerukunan hidup umat beragama dengan menjadikan kelenteng tempat ibadah Buddha itu sebagai kelenteng terunik se-dunia.

"Kami bisa hidup akur, karena kami saling menghayati dan mengamalkan ajaran kami masing-masing, bahwa semua bentuk kekerasan dan permusuhan merupakan tindakan terlarang dalam ajaran agama manapun," katanya.


Pewarta: Abd Aziz
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015