Kupang, NTT (ANTARA News) - Pemerintah Kota Kupang mulai memanfaatkan sampah di daerah itu sebagai sumber gas metana yang ramah lingkungan dan bisa dimanfaatkan masyarakat setempat. 

"Saat ini sudah sampai pada tahapan instalasi perpipaan dan sejumlah rangkaian yang akan mendukung pemanfaatan gas itu," kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang, Obed Kadji, di Kupang, Senin.

Menurut dia, untuk merancang instalasi perpipaan dan seluruh rangkaian dalam rangka memfungsikan tenaga gas dari sampah tersebut, Dinas Kebersihan telah mengalokasikan anggaran Rp40 juta dalam APBD Perubahan 2015 ini.

Dia mengatakan, untuk kondisi jumlah sampah yang diproduksi di Kota Kupang, yang berkisar satu ton hingga enam ton sehari tersebut, pemerintah hanya bisa memanfaatkan untuk kepentingan penciptaan gas bagi kebutuhan masyarakat.

"Tidak mampu untuk menciptakan listrik bertenaga sampah, karena butuh jumlah sampah yang besar, dengan produksi hingga mencapai 20 ton setiap hari," katanya.

Karena itulah, Pemerintah Kota Kupang memilih memanfaatkan sampah yang ada itu, sebagai sumber gas metana.

Dijelaskannya, gas metana tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga dapat menghasilkan energi yang besar karena satu meter kubik gas metana setara dengan energi yang dihasilkan 0,48 kg gas Elpiji (LPG).

Gas metana , memiliki unsur kimia CH4, merupakan komponen utama dari biogas. Gas metana pada suhu ruangan dan tekanan standar, termasuk gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.

Gas ini sangat mudah terbakar tetapi hanya memiliki konsentrasi pada kisaran 5--15 persen di udara. Sedangkan metana berbentuk cair (liquid methane) hanya dapat dibakar apabila mengalami tekanan tinggi sekitar 4--5 atmosfer.

Pembentukan gas metana melibatkan mikroba yang sangat kompleks, dan secara bertahap akan merombak bahan organik di dalam limbah cair atau limbah padat hingga dihasilkan gas metana. Perombakan ini terjadi dalam kondisi tanpa oksigen (O2) yang disebut kondisi anaerob.

"Gas metana dapat dihasilkan dari perombakan anaerobik senyawa-senyawa organik, seperti pada limbah cair, limbah kotoran ternak atau kotoran manusia," kata dia.

Pewarta: Yohanes Adrianus
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015