Yogyakarta (ANTARA News) - Ribuan warga dari berbagai daerah berebut gunungan "Grebeg Syawal" yang diselenggarakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk memperingati hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah, Sabtu.

Dalam acara "Grebeg Syawal itu, tujuh gunungan berisi aneka hasil bumi diarak ratusan prajurit dari Siti Hinggil Keraton Yogyakarta. Lima di antaranya menuju Masjid Gede Kauman, dan dua gunungan lainnya menuju Kantor Kepatihan, dan Puro Pakualaman.

Sadi (40) warga asal Banguntapan, Bantul mengatakan, berebut hasil gunungan merupakan ritual tahunan yang sudah dilakoninya setiap Keraton menyelenggarakan Grebeg Syawal.

Ia yang telah menunggu acara Grebeg Syawal sejak pagi, mengaku puas telah berhasil mendapatkan bagian dari gunungan berupa jajanan pasar.

"Ini tidak buat apa-apa. Rasanya puas saja akhirnya bisa dapat," kata dia.

Lain halnya dengan Saginah (60). Menurut warga Kota Yogyakarta itu begian dari gunungan yang berhasil didapatkan akan dipergunakan untuk penyubur tanaman."Ini soal kepercayaan saja," kata dia.

Tepas Keprajuritan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Enggar Pikantoko mengatakan, gunungan berupa hasil bumi yang dibagikan kepada masyarakat merupakan wujud rasa syukur Sultan HB X terhadap Allah SWT.

"Gunungan secara historis merupakan sedekah raja kepada rakyatnya sebagai rasa syukur raja kepada Allah SWT," kata dia.

Grebeg Syawal sendiri, kata dia, lebih tepatnya adalah perayaan telah selesainya bulan Ramadhan. "Karena Keraton Yogyakarta merupakan kerajaan Islam, Grebeg selalu dilakukan memperingati hari-hari besar Islam, selain Grebeg Syawal, juga ada Grebeg Besar dan Grebeg Maulud," kata dia.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015