Jakarta (ANTARA News) - Kepala Unit Pengelola Teknis (UPT) Jakarta Smart City Setiaji mengatakan pihaknya sedang mengembangkan sistem manajemen sampah sebagai bagian dari rencana induk Jakarta Smart City di bidang lingkungan 2016-2018.

Salah satu alasan yang mendasari rencana tersebut adalah suara masyarakat ibu kota yang menilai kebiasaan membuang sampah sembarangan merupakan pelanggaran yang paling banyak dikeluhkan, ungkap Setiaji dalam sebuah diskusi panel di Jakarta, Senin.

"Buang sampah merupakan pelanggaran paling banyak melalui respons dari aplikasi Qlue," kata dia.

Sistem manajemen sampah tersebut mencakup dua komponen Smart City, yaitu smart environment dan smart people. Berdasarkan rencana induk, manajemen sampah akan berintegrasi dengan sistem mitigasi bencana, sistem pengawasan kondisi lingkungan, dan sistem pengendalian lingkungan yang melibatkan masyarakat (crowd sourcing).

"Program Smart City memang melibatkan sektor publik dan swasta, saling bahu membahu untuk berkontribusi. Aplikasi Qlue misalnya, yang mempercepat penyampaian keluhan dan mengajak masyarakat berpartisipasi," kata Setiaji.

Mengenai manajemen sampah berbasis masyarakat, Setiaji mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun incinerator besar untuk menjalankan program waste to energy.

Dia juga menyebutkan bahwa tujuan lain pembangunan incinerator tersebut adalah untuk mengurangi ketergantungan membuang sampah Jakarta di Bantar Gebang, Bekasi.

Setiaji juga mengimbau kepada masyarakat agar memilah sampah sebelum dibuang agar memungkinkan untuk di daur ulang.

"Akan ada edukasi juga tentang bagaimana masyarakat membuang sampah. Dari sisi lain juga ada penguatan yang berasal dari adanya retribusi sampah," ucap dia.

Pewarta: Calvinantya
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016