Jember (ANTARA News) - Mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah Wahid merawat kemajemukan bangsa melalui kegiatan sahur bersama di sejumlah daerah di Indonesia yang memiliki beragam suku, agama, dan adat istiadat.

"Realita kemajemukan itu adalah fakta yang wajib diterima, dijaga dan dirawat sebagai modal berbangsa dan bernegara, sehingga melalui kegiatan sahur bersama merupakan salah satu bentuk usaha merawat kemajemukan bangsa," katanya saat sahur bersama di aula Keluarga Alumni Universitas Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.

Ia mengatakan kegiatan sahur bersama yang dilakukan di sejumlah daerah tidak hanya melibatkan warga muslim, namun juga nonmuslim karena pelibatan tersebut tidak lain untuk merawat kemajemukan bangsa Indonesia.

"Bagi nonmuslim, kami ingin menunjukkan bagaimana sebenarnya ibadah puasa itu dilaksanakan dan kami selalu mengundang kaum duafa di setiap kegiatan sahur bersama sebagai upaya merangkul mereka yang terpinggirkan," ucap istri almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.

Menurut dia, salah satu yang diharapkan dari puasa, agar mampu menjalankan pengendalian diri dan mengubah sifat-sifat yang jelek, sehingga harapannya puasa tidak cuma menjadi sekedar kegiatan formalistik untuk menahan lapar dan dahaga.

Kegiatan sahur bersama tahun 2016 yang digelar Shinta Nuriyah sudah memasuki tahun ke-16 yang diselenggarakan di berbagai tempat di seluruh Indonesia, mulai dari pasar, terminal, lembaga pemasyarakatan, hingga kantor gubernur.

"Di Banjarmasin kemarin, kami buka bersama dengan Gubernur Kalimantan Selatan bersama warga, sehingga ajang sahur bersama dapat menjadi media mempertemukan pemimpin dengan rakyatnya," tutur perempuan yang aktif di berbagai kegiatan sosial ini.

Bentuk menjaga dan merawat kemajemukan juga ditunjukkan melalui kiprah Yayasan Puan Amal Hayati yang dikelola oleh Shinta Nuriyah Wahid dan dalam sesi tanya jawab, ibu empat putri itu menjelaskan salah satu kegiatan Yayasan Puan Amal Hayati yakni advokasi bagi perempuan yang mengalami permasalahan, khususnya terkait budaya patriarki.

"Kami memberikan advokasi bagi perempuan tanpa membedakan agama, suku, dan latar belakangnya," katanya saat menjawab pertanyaan dari Siska Hidayatullah, mahasiswi jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember.

Sementara Rektor Universitas Jember M. Hasan mengapresiasi kehadiran mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah di Kampus Tegalboto Universitas Jember karena selama ini kegiatan rutin di bulan Ramadhan yang digelar adalah buka puasa bersama.

"Ini kali pertama ada kegiatan sahur bersama di tingkat universitas, sehingga saya sangat bangga atas kedatangan Ibu Shinta di Kampus Universitas Jember," tuturnya.

Peserta yang hadir dalam kegiatan sahur bersama tersebut adalah mahasiswa, dosen, karyawan beserta pimpinan Perguruan Tinggi Negeri Universitas Jember, ditambah dengan masyarakat yang berada di seputaran kampus setempat.

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016