Padang (ANTARA News) - Pengamat Tata Kota dari Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat, Dr Eko Alvares, menilai selama setahun ke belakang Kota Padang makin macet. 

"Beberapa faktor yang menyebabkan kemacetan tersebut antara lain peningkatan jumlah dan kapasitas kendaraan, tidak disiplinnya pengendara khususnya motor, parkir yang tidak beraturan, serta tidak bertambahnya ruas jalan," katanya, di Padang, Kamis.

Dia menjelaskan peningkatan jumlah dan kapasitas kendaraan ini terjadi akibat semakin murah dan mudahnya masyarakat mendapatkan kendaraan, didorong oleh skema kredit yang sangat bersahabat dengan konsumen. 

Sedangkan dalam hal ini terkait kepemilikan kendaraan, pemerintah juga belum memiliki regulasi yang jelas.

Kemudian masih berbanding lurus dengan hal tersebut, banyaknya kendaraan ini disertai juga dengan rendahnya disiplin pengendara mulai dari tidak memiliki Surat Izin Mengemudi, pelanggaran rambu dan parkir tidak beraturan.

Akibatnya terlihat jelas seperti pengendara motor yang berada pada sisi kanan saat lampu merah menyala sehingga membahayakan.

"Dari peningkatan kendaraan tersebut, motor menjadi yang terbanyak sehingga menjadi sebuah "monster" yang menakutkan saat ini dalam hal waktu tempuh," ujar dia.

Salah satu bukti meningkatnya kemacetan dan waktu tempuh ini terlihat di beberapa jalan protokol seperti dari Ulak Karang hingga Pasar Raya yang biasa bisa ditempuh selama 10 menit kadang menjadi setengah jam.

Kemudian di Jalan Rasuna Said terjadi antrian panjang kendaraan saat pagi hingga ratusan meter tepat di lampu merah.

Bahkan untuk perbandingan saat ini jalan Padang-Bukittinggi yang menjadi permasalahan bukan kendaraan mobil namun motor yang tidak beraturan dalam berkendara.

"Imbas meningkatnya kendaraan ini yakni banyaknya kendaraan digunakan kemudian parkir dengan rasio ruang yang tidak memadai dengan bangunan toko atau rumah makan," tambahnya.

Akibatnya juga kendaraan yang parkir terpaksa menggunakan badan jalan, pada beberapa lokasi terjadi kemacetan karena jalurnya sempit.

"Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pengoptimalan angkutan massal yang representatif dan pengaturan regulasi perparkiran," ujarnya.

Solusi angkutan massal ini sebetulnya telah terjawab dengan adanya Trans Metro Padang, akan tetapi masih belum cukupnya jumlah armada serta masih terbatasnya rute menjadikan peranannya masih jauh dari harapan masyarakat.

Sejatinya kata dia, Trans Metro ini bisa mengurangi kendaraan kaum menengah ke atas, akan tetapi sejauh ini belum terlihat ke arah tersebut.

"Penguatan Trans Metro ini harus lebih dimaksimalkan dalam hal penambahan armada, kualitas, kenyamanan dam keamanan, hingga rute," kata dia.

Pewarta: MR Denya Utama
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016