Jakarta (ANTARA News) - Para perempuan usai melahirkan berisiko terkena gangguan kejiwaan atau mental walau memang tak semua mengalaminya.

Salah satu yang paling ringan dan sering adalah baby blues. Kondisi yang dialami 80 persen perempuan itu ditandai dengan emosi ibu yang mudah naik dan turun, mudah marah, mudah tersinggung dan sering menangis.

"Biasanya berlangsung sebentar, dua minggu atau paling lama satu bulan. Itu normal, masih wajar," ujar psikolog anak dan keluarga, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi.,dalam diskusi media di Jakarta, Rabu.

Pada tahap yang lebih parah, bisa muncul gangguan yang dinamakan postpartum depression. 

Vera mengatakan kondisi ini salah satunya ditandai munculnya keinginan untuk bunuh diri.

"Gejalanya biasanya muncul rasa bersalah berlebihan, kecemasan, tidak bisa tidur atau bahkan ingin tidur terus, ada keinginan untuk bunuh diri, menjauh dari orang lain," kata dia.

Sekitar 13 persen perempuan bisa mengalami kondisi yang biasanya berlangsung hingga setahun itu.

Pada tahap yang lebih menakutkan, ada gangguan yang disebut postpartum psikosis. Berbeda dari dua jenis gangguan jiwa lainnya, kondisi ini biasanya terjadi hanya sesaat. Namun dampaknya cukup fatal.

"Datangnya tiba-tiba, ada keinginan menyakiti bayinya, ibu mengalami halusinasi, delusi, seakan melihat bayinya bentuknya lain makanya ada keinginan menyakiti bayinya. September lalu, ada kasus bayi memutilasi bayinya," papar Vera.

Munculnya gangguan jiwa ini biasanya beragam, dua di antaranya karena lelah dan ketidaksiapan ibu mengalami perubahan drastis pada dirinya.

"Mengapa rentan? Karena capek. Ketika hamil terus melahirkan ada perubahan drastis, lebih sensitif, kehilangan kebebasan, perubahan fisik, realita tak sesuai yang diharapkan," tutur Vera. 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017