Tegucigalpa (ANTARA News) - Oposisi Honduras, yang melawan Presiden Juan Orlando Hernandez pada pemilihan presiden bermasalah, pada Selasa menyatakan bahwa pemilihan dua putaran akan diadakan jika pihak berwenang tidak menghitung ulang keseluruhan suara.

Bintang televisi Salvador Nasralla, yang menyatakan kemenangan dalam pemilihan pada 26 November setelah hasil awal menempatkannya menang terhadap Hernandez, terkunci dalam barisan pahit dalam penghitungan suara sejak penghitungan terhenti dan tiba-tiba hasil berubah memenangkan presiden.

Perselisihan tersebut memicu unjuk rasa maut dan pemberlakuan jam malam di negara miskin dan penuh kekerasan di Amerika tengah tersebut.

Pada Selasa, Nasralla mengatakan bahwa majelis pemilihan harus meninjau hampir semua kartu suara.

"Jika Anda tidak setuju dengan itu, ayo segera laksanakan pemilu dua putaran antara (Hernandez) dan Salvador Nasralla," katanya di Twitter.

Mantan Presiden Manuel Zelaya, yang digulingkan dalam kudeta pada 2009 dan sekarang mendukung Nasralla, mengatakan bahwa pihak oposisi meminta penghitungan total suara, atau undang-undang memperkenankan pemilu dua putaran, yang tidak pernah dilakukan sebelumnya di Honduras.

Hernandez, yang dipuji oleh Amerika Serikat atas tindakan tegasnya terhadap geng jalanan yang menggunakan kekerasan, menunjukan tanda-tanda pada Selasa bahwa pihaknya mungkin bersedia untuk memeriksa semua suara.

"Kami terbuka untuk pemeriksaan, bahwa ada peninjauan pada satu, dua, tiga, betapapun banyaknya," katanya. "Mereka berbicara tentang 5.000 (tempat pemungutan suara), lebih banyak, kurang, tidak ada masalah, tapi harus berada di bawah prosedur yang ditetapkan oleh undang-undang Honduras," jelasnya.

Hernandez belum mengklaim kemenangan dalam siaran tanggapannya beberapa hari ini, namun mengatakan pada Selasa bahwa "akan segera ada waktu untuk merayakannya," dan memuji Partai Nasional sayap kanan karena membatasi dirinya selama kekacauan yang mengikuti pemungutan suara.

"Tidak berarti partai tersebut tidak kuat, dan ketika mereka melihatnya di jalan, mereka akan melihat sesuatu yang luar biasa yang belum mereka lihat," tambahnya, tanpa menjelaskan lebih jauh.

Pihak berwenang membutuhkan waktu satu minggu untuk menghitung suara di negara berpenduduk 9 juta orang itu, namun Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) mengatakan hasilnya ditandai dengan adanya penyimpangan dan kesalahan.

Majelis tersebut belum mengumumkan pemenang resmi, namun hasilnya memberikan 1,60 persen poin keuntungan kepada Hernandez atas Nasralla, yang mengatakan bahwa lembaran-lembaran dari kotak suara telah diubah dan telah menyatakan dirinya sebagai pemenang yang sah.

Pada Selasa, pejabat tinggi di majelis pemilihan, David Matamoros, mengundang oposisi untuk membandingkan salinan lembar penghitungan pemilih mereka dengan versi milik lembaga resmi.

Matamoros juga mengatakan bahwa majelis tersebut akan memperpanjang tenggat waktu untuk menghadapi gugatan keberatan mulai Rabu hingga Jumat.

Protes jalanan yang mendukung Nasralla yang dimulai pekan lalu berlanjut pada Selasa siang. Puluhan orang, termasuk petugas polisi, berkumpul di markas elit Honduras Tegucigalpa yang meneriakkan "Keluar, JOH," mengacu pada inisial Hernandez.

Beberapa petugas polisi pemberontak telah menolak untuk melakukan demonstrasi pada Senin, mendesak pemerintah untuk menyelesaikan kebuntuan politik tersebut.

Namun kepolisian mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya telah menyetujui sebuah kesepakatan di mana tidak akan diminta untuk "menekan" demonstrasi yang sah. Jika para demonstran tertangkap melanggar jam malam, kasus mereka akan ditinjau ulang, namun petugas polisi juga akan menemani mereka pulang, menurut juru bicara kepolisian.

Kelompok persekutuan sayap kiri Nasralla sebelumnya menuntut penghitungan hampir sepertiga lembar penghitungan, yang didukung pengamat pemilihan umum OAS dan Uni Eropa. Persekutuan itu juga diharapkan bisa melakukan persaingan secara formal. Demikian laporan Reuters.

(Uu.KR-DVI/B002)

Pewarta: Antara
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017