Berlin, Jerman (ANTARA News) - Stres pada kehidupan jaman modern dan merosotnya fungsi buku sebagai topik percakapan adalah penyebab di balik berkurangnya pembeli buku di Jerman, kata satu hasil survei yang disiarkan oleh Perhimpunan Penerbit dan Pedagang Buku Jerman (Boersenverein).

Walaupun penjualan dalam industri buku masih tetap stabil selama 15 tahun terakhir, jumlah pembeli buku tercatat turun di Jerman, kata Boersenverein pada Kamis (7/6).

Antara 2013 dan 2017, jumlah pembeli di pasar buku konsumen (tidak termasuk buku teks) turun sampai 6,4 juta, atau 17 persen, kata survei itu.

Makin sedikitnya pembeli juga tercermin dalam jebloknya penjualan, lapor Xinhua. Pada 2017, 367 juta buku terjual di pasar,sedangkan pada 2013 ssebanyak 398 juta buku, kata Boersenverein.

Survei tersebut mendapati, di satu sisi, orang merasa tertekan di tengah langkah cepat kehidupan jaman modern, dan tenggelam di dalam masyarakat dengan banyak pekerjaan, sebagai akibatnya, kekurangan waktu dan energi membuat orang makin jarang membaca buku.

Di pihak lain, posisi buku makin diambil-alih oleh serial televisi. Meskipun serial TV dapat disaksikan bersama dengan orang lain dan menyediakan kesempatan untuk bercakap-cakap satu dengan yang lain pada hari berikutnya, buku tak lagi menjadi "topik besar percakapan".

Dalam satu tahun belakangan ini, 29,6 juta orang Jerman masih membeli setidaknya satu buku, yang sama dengan 44 persen warga Jerman yang berusia di atas 10 tahun.

Alexander Skipis, Kepala Pelaksana Boersenverein, mengatakan, "Sudah tidak lagi cukup untuk menunggu pembeli datang ke toko buku. Buku harus mendatangi pelanggan, dan untuk itu industri harus menemukan strategi baru."
 

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018