Mereka yang mencintai Bung Karno karena melihat dan merasakan bagaimana dedikasi Bung Karno bagi bangsa dan negara, baik dalam pemikiran maupun karya perjuangan."
Blitar (ANTARA News) - Presiden RI kelima sekaligus putri Soekarno, Megawati Soekarnoputri merasa terharu melihat antusiasme masyarakat yang secara sadar dan tulus telah menempatkan Bung Karno benar-benar di hati sanubarinya.

"Karena bagi PDIP, kami telah membuat bulan Juni ini adalah Bulan Bung Karno mulai dari tanggal 1 Juni, karena itu adalah hari lahirnya Pancasila sampai akhir Juni termasuk adalah haul Bung Karno pada 21 Juni. Mereka yang mencintai Bung Karno karena melihat dan merasakan bagaimana dedikasi Bung Karno bagi bangsa dan negara, baik dalam pemikiran maupun karya perjuangan," kata Megawati sambil meneteskan air matanya saat memberikan sambutan Puncak Haul Bung Karno Ke-48, di Blitar, Jawa Timur, Rabu. 

Tidak heran, lanjut Ketua Umum PDI Perjuangan ini, rakyat indonesia menyebut sebagai proklamator, bapak bangsa dan juga sering disebut sebagai penyambung lidah rakyat Indonesia.

"Ucapan syukur saya kembali sampaikan,  khususnya mewakili keluarga besar Bung Karno karena tradisi haul ini telah hidup begitu lama bahkan ketika oleh pemerintahan otoriter saat itu. Bung Karno ditempatkan dalam sudut gelap sejarah, namun rakyat tetap tidak dapat dibendung. Saat itu saya melihat sendiri bagaiamana rakyat dengan keluarga besar Nahdliyin dan keluarga besar Bung Karno yang disebut sebagai kaum Soekarnois merayakan haul seperti sekarang ini," kata Megawati.     

Bulan Juni ini menurut saya adalah bulan spesial bagi bapak saya, beliau menyampaikan pidato yang dikenal dan diperingati sebagai hari lahir Pancasila tanggal 1 Juni 1945, ucapnya. 

Oleh karena itu, tradisi Haul Bung Karno menjadi sebuah tradisi kultural dan keagamaan. 

"Saya berterima kasih kepada seluruh masyarakat Jawa Timur, khususnya kepada keluarga besar Nahdliyin yang bersama-sama dengan kaum Soekarnois selalu melakukan tradisi haul," ujarnya. 

Megawati juga tidak melupakan bagaimana hubungan yang begitu akrab antara Bung Karno dengan tokoh Islam Nusantara khsususnya Kiai Hasyim Ashari, KH Abdul Wahab Hasbullah, Kiai Haji Wahid Hasyim dan begitu banyak tokoh Islam lainnya.

"Oleh karenanya, saya berbangga atas ketegasan sikap NU bahwa Pancasila dan NKRI adalah final," tuturnya. 

Sementara itu, Wasekjen PDIP Ahmad Basarah, mengatakan, sejak Bung Karno wafat, masyarakat di Kota Blitar ini secara partisipatoris melakukan kegiatan penghormatan kepada Bung Karno dengan cara memperingati Haul Bung Karno yang telah diselenggarakam secara bertahun-tahun bahkan sejak jaman orde baru. 

"Alhamdullilah di era reformasi, di era demokrasi sekarang ini masyarakat terus melanjutkan tradisi itu sehingga secara kekeluargaan keluarga besar Bung Karno memberikan apresiasi dan penghormatan yang luar biasa kepada seluruh masyarakat bukan hanya di Blitar dan Jawa Timur saja, tetapi juga segenap bangsa Indonesia atas penghormatan dan penghargaan kepada Bung Karno sehingga di usianya kalau beliau hidup sekitar 117 tahun dan wafat 48 tahun bangsa Indonesia dan bahkan dunia masih mengenang bung karno dengan baik," paparnya. 

Di negara-negara lain seperti di Mesir, Maroko, Pakistan ada penghormatan kepada Bung Karno dengan memberikan nama jalan Soekarno.

"Bangsa Indonesia hari ini juga sudah mulai memberi penghormatan kepada Bung Karno sebagai penggali Pancasila dengan memberikan pengakuan tanggal 1 Juni sebagai hari Lahir Pancasila. Saya kira perkembangan peradaban bangsa Indonesia yang semakin jujur terhadap sejarah bangsa ini lah yang membuat pidato presiden ke lima ibu Megawati mewakili keluarga Bung Karno di Haul ke-48 meneteskan air mata dan merasa terharu bawa ternyata sejarahlah yang benar bahwa kebenaran itu akan datang. Dan saya kira mati kita sambut era kejujuran ini dengan terus membangun bangsa Indonesia dengan jejak-jejak sejarah," kata Basarah.
Presiden ke-5 Megawati Soekarno Puteri (ketiga kanan) didampingi Ketua DPP PKB Muhaimin Iskandar (Kanan), Cagub Jatim Saifullah Yusuf (Kiri) dan Cawagub Puti Guntur Soekarno (kedua kanan) memotong tumpeng saat peringatan (haul) Presiden Soekarno Ke-48 di Blitar, Jawa Timur, Kamis (20/6/2018). Peringatan wafatnya Presiden Soekarno sekaligus kenduri tumpeng massal tersebut dihadiri sejumlah menteri dari PDIP dan PKB, pasangan cagub Jatim Saifullah Yusuf-Puti Guntur, serta sejumlah Ulama NU dan para tokoh lintas agama. (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)

 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018