Timika (ANTARA News) - Atraksi seni budaya nusantara memeriahkan perayaan HUT Ke-73 Proklamasi Kemerdekaan RI, yang dipusatkan di halaman Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Mimika, Papua, Jumat.

Atraksi itu antara lain tari Seka asal suku Kamoro, salah satu suku asli Mimika, yang ditampilkan oleh sejumlah anak yang tergabung dalam wadah Polisi Cilik (Pocil) binaan Polres Mimika, tari kuda lumping diperagakan oleh para remaja suku Jawa yang ada di Mimika, serta tari Bali oleh ibu-ibu dan remaja putri Ikatan Keluarga Bali Mimika.

Peringatan HUT RI di Mimika juga dimeriahkan dengan pementasan tiga kelompok drumben masing-masing dari Sekolah Taruna Papua milik Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), SMP Negeri 2 Mimika, dan prajurit Batalyon Infanteri 754 Eme Neme Kangasi.

Kelompok drumben dari Sekolah Taruna Papua beranggotakan anak-anak asli Suku Amungme dan Kamoro. Mereka tampil dengan mengenakan busana adat dan sebagian mengenakan koteka.

Upacara peringatan detik-detik Proklamasi di Mimika dipimpin oleh Bupati Mimika Eltinus Omaleng, dihadiri oleh seluruh aparat TNI, Polri, ASN, perwakilan dari berbagai suku dan paguyuban maupun masyarakat umum.

Bupati Omaleng mengatakan meskipun bangsa Indonesia telah merdeka selama 73 tahun, masyarakat Mimika hingga kini masih terus berjuang untuk merdeka dari kemiskinan dan kebodohan.

"Kita masih terus berjuang untuk mencapai kesejahteraan bersama sebagaimana cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945," kata Omaleng.

Pemkab Mimika, katanya, terus berupaya mewujudkan harapan masyarakat setempat untuk bisa hidup sejahtera di alam kemerdekaan saat ini.

"Pemerintah daerah berupaya mewujudkan hal itu melalui pembangunan di segala bidang, terutama bidang ekonomi untuk mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat Mimika. Memang tidak bisa seperti membalik telapak tangan, itu butuh proses tahap demi tahap," katanya.

Bupati Omaleng meminta dukungan seluruh komponen warga Mimika untuk bersama-sama menjaga dan menciptakan ketertiban dan keamanan di wilayah itu.

"Konflik-konflik sosial antarkelompok masyarakat tidak boleh lagi terjadi di Mimika. Kalau mau menikmati pembangunan, stabilitas keamanan itu yang utama. Pemerintah tidak bisa membangun kalau situasi tidak pernah aman," ujarnya.

Baca juga: Saat Merah Putih berkibar di perbatasan Indonesia-PNG

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2018