Kami memahami adanya ketersediaan dan permintaan yang menjadi dasar penetapan harga. Namun, perlu ada kebijakan agar semua pihak diuntungkan.
Padang, (ANTARA News) - Seakan menjadi tradisi dalam beberapa tahun terakhir saat Lebaran tiba, harga tiket pesawat udara untuk rute Jakarta-Padang akan melonjak drastis bertepatan dengan momen mudik.

Kenaikan yang cukup siginifkan tersebut membuat harga tiket pesawat menjadi penyumbang inflasi terbesar di Sumatera Barat setelah Lebaran.

Dalam kondisi normal harga tiket pesawat rute Padang-Jakarta hanya sekitar Rp700 ribu hingga Rp900 ribu, tetapi saat Lebaran tiba dipastikan melesat jauh di atas Rp1,8 juta atau mengalami kenaikan lebih dari 100 persen.

Berdasarkan data yang dihimpun dari BPS Sumbar pada Juni 2018 kenaikan harga tiket pesawat menjadi menjadi salah satu komponen penyumbang inflasi terbesar dengan andil 0,08 persen.

Sementara usai Idul Fitri 2017 pada pada Juli 2017 andil kenaikan tiket pesawat mencapai 0,66 persen.

Berdasarkan pertemuan yang dilakukan Komisi V DPR RI menjelang Lebaran 2018 terungkap ternyata tarif tertinggi atau batas atas tiket pesawat udara untuk rute Jakarta-Padang kategori maskapai dengan pelayanan penuh adalah sebesar Rp2 juta dengan mengacu kepada peraturan yang dikeluarkan Kementerian Perhubungan.

Maskapai yang masuk dalam kategori pelayanan penuh adalah Garuda Indonesia dan Batik Air dengan tarif batas atas untuk rute Jakarta-Padang adalah Rp1,9 juta dengan jarak tempuh 937 kilometer.

Kemudian untuk maskapai dengan kategori no frill service atau berbiaya murah tarif batas atas untuk rute Padang-Jakarta sebesar Rp1,7 juta dan batas bawah Rp1,6 juta. Yang masuk dalam kategori ini adalah Lion Air, Express Air, Wings Air dan Citilink.

Kemudian untuk rute Padang-Bandung tarif batas atas Rp1,6 juta, Padang-Batam Rp1 juta, Padang-Palembang Rp1,2 juta, Padang-Pekanbaru Rp640 ribu dan Padang-Kualanamu Rp1,2 juta.

Tidak hanya itu, menurut Pejabat Kantor Otoritas Bandara wilayah 6 Padang Agus Subagyo, di hadapan anggota Komisi V DPR menyampaikan rute Jakarta-Padang merupakan satu dari tujuh jalur penerbangan dengan kategori amat padat di Indonesia.

"Di Tanah Air ada tujuh rute amat padat yaitu nomor satu Jakarta-Surabaya, Jakarta-Denpasar, Jakarta-Makasar, Jakarta-Kualanamu, Jakarta-Yogyakarta, Jakarta-Semarang dan Jakarta-Padang , katanya.

Sementara berdasarkan penelusuran di sejumlah laman penjualan tiket pesawat secara daring pada 16 September 2018 untuk keberangkatan Pekanbaru-Jakarta, dengan lama penerbangan 1 jam 40 menit pada 20 September 2018 harga tiket pada beberapa maskapai ditemukan mulai dari Rp691 ribu hingga Rp965 ribu.

Sedangkan untuk rute Padang-Jakarta pada periode yang sama dengan lama waktu tempuh 1 jam 45 menit harga tiket pada beberapa maskapai untuk kelas ekonomi mulai dari Rp664 ribu hingga Rp1 juta.


Berkirim Surat

Menyikapi mahalnya harga tiket pesawat Jakarta-Padang setiap Lebaran tiba, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat beberapa kali menyurati maskapai Garuda Indonesia meminta agar kenaikan harga tiket tidak terlalu tinggi karena selama ini hal itu merupakan salah satu pemicu inflasi.

"Selama ini harga tiket Garuda rute Jakarta-Padang saat Lebaran cukup tinggi dibandingkan dengan durasi penerbangan yang sama di daerah lain sehingga menjadi salah satu pemicu inflasi," kata Gubernur Sumbar Irwan Prayitno .

Ia mengakui harga yang ditetapkan Garuda tersebut tidak melanggar aturan karena sesuai dengan ketetapan batas atas yang dibuat oleh Kementerian Perhubungan namun ia berharap tidak terlalu naik.

"Kami sudah berkali-kali menyurati dan jawaban Garuda bahwa mereka menjual tiket sesuai aturan, memang benar. Namun, dibandingkan dengan durasi penerbangan yang sama ke daerah lain masih terlalu mahal," kata dia.

Gubernur bahkan mengaku sudah sudah melaporkan persoalan ini ke Kementerian Perhubungan agar menurunkan tarif batas atas tiket pesawat untuk rute Jakarta-Padang.

Menurut Irwan, di Sumbar banyak perantau dan saat Lebaran mereka punya tradisi pulang kampung sehingga berapa pun harga tiket pesawat tetap dibeli dan menjadi faktor yang mempengaruhi inflasi.

Ia mengatakan pada saat Lebaran memang Garuda akan menyediakan penerbangan tambahan namun tetap saja tiket masih mahal.

"Boleh penerbangan tambahan, tapi masalah harganya tetap tinggi, apalagi tiket pesawat orang tetap beli karena butuh betapa pun mau ditambah, kecuali mau nambah 100 penerbangan," ujarnya.

Irwan mengemukakan alasan kenapa hanya Garuda Indonesia yang disurati karena maskapai lain harga tiketnya selalu berada di bawah Garuda dan kalau Garuda menurunkan harga yang lain akan tetap turun.

Terakhir saat peluncuran rute baru penerbangan Garuda Indonesia Padang-Palembang Gubernur Irwan kembali mengingatkan tingginya harga tiket pesawat berpotensi merugikan daerah karena wisatawan akan berpikir dua kali untuk datang disebabkan mahalnya biaya.

Apalagi pariwisata merupakan salah satu andalan Sumbar untuk meningkatkan perekonomian daerah. Akses transportasi terutama melalui udara, menjadi penyokong utama dalam pengembangannya.

Mahalnya tiket pesawat ke Sumbar bisa menjadi salah satu kendala hingga perkembangan pariwisata daerah menjadi penghambat.

"Kami memahami adanya ketersediaan dan permintaan yang menjadi dasar penetapan harga. Namun, perlu ada kebijakan agar semua pihak diuntungkan," katanya.

Menjawab hal itu Direktur Pelayanan Garuda Nicodemus P Lampe mengatakan salah satu cara untuk menyesuaikan harga tiket adalah dengan menambahkan jumlah penerbangan.

Misalnya penerbangan Padang-Jakarta yang selama ini tujuh kali pulang pergi, ditambah menjadi delapan kali. "Secara otomatis harga tiket bisa lebih murah," katanya.

Semua pihak tentu berharap dengan terjangkaunya harga tiket akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi maskapai namun juga daerah karena akan semakin banyak jumlah pengunjung mulai dari keperluan dinas, pariwisata ke Sumatera Barat.*
 


Baca juga: Pemerintah akan naikkan tarif batas bawah tiket pesawat

Baca juga: Ketua Komisi V DPR duga ada permainan harga tiket pesawat


 

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018