Banjarbaru (ANTARA) - Travel haji dan umrah yang tergabung di Forum Komunikasi Perjalanan Ibadah Umrah dan Haji Khusus (KPIUHK) Provinsi Kalimantan Selatan mengancam akan meninggalkan maskapai udara Garuda Indonesia.

Alasannya, karena tidak setuju dengan kebijakan baru penjualan tiket pesawat milik negara tersebut harus melalui empat agen yang ada di Jakarta, mulai Maret 2019.

"Kita ingin Garuda kembali kebijakan lama, di mana setiap kantor cabang Garuda di daerah ada penjualan tiket," ujar Ketua Forum Komunikasi Perjalanan Ibadah Umrah dan Haji Khusus Kalsel H Saridi Sarimin, di Banjarbaru, Kamis.

Kalau tidak demikian, tegasnya, pihaknya mengancam akan meninggalkan maskapai Garuda. Karena empat agen yang dipercaya monopoli tempat pembelian tiket itu memiliki bisnis travel umrah dan haji khusus pula.

"Kita ingin terus menjaga Garuda di dadaku, tapi kalau menyulitkan begini, kita lebih baik beralih ke maskapai lain," tuturnya.

Sebab, terangnya, kalau pihaknya menuruti kebijakan baru ini, pembelian tiket, pemesanan dan pemantauan kuota kursi pesawat menjadi sulit.

"Sebab kita tidak tahu apakah tiket pesawat yang kita pesan itu ada tempatnya atau tidak, sehingga mengganggu sistem penjualan paket kita," tutur Saridi.

Apalagi kebijakan baru ini juga membuat adanya peningkatan harga. Belum lagi pengeluaran biaya ke Jakarta untuk mengurus pembelian tiket ini.

"Ada apa ini, kanapa Garuda jadi demikian, ini juga jadi keluhan travel di provinsi lainnya," papar Saridi.

Padahal, kata dia, forumnya yang memiliki anggota sebanyak 50 travel umrah dan haji khusus ini sekitar 60 persennya menggunakan jasa maskapai Garuda.

"Kalau pihak Garuda tidak memperhatikan keluhan kami, tentunya banyak maskapai lain sebagai pilihan," ujarnya diamini para anggota KPIUHK Kalsel lainnya saat acara silaturrahmi di rumah Pemilik Travel Umrah dan Haji Khusus "Abis" Hj Utami Dewi di Banjarbaru.

Ditambahkan Hj Utami Dewi, pemerintah harus mendengarkan keluhan pihaknya di daerah ini, apalagi Kalsel menjadi salah satu daerah paling banyak masyarakatnya menunaikan ibadah umrah, sekitar 25 ribu orang setahun.

"Moga saja bandara kita ini cepat menjadi bandara internasional, sehingga semuanya makin mudah," paparnya.

Baca juga: Umrah weekend, optimalkan akhir pekan untuk orang-orang sibuk

Baca juga: Travel Umrah protes kebijakan rekam biometrik

Pewarta: Sukarli
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019