Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan saat ini revisi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dari pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Barang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, masih berjalan.

“Batang Toru kita ikuti terus, tim kerja di lapangan sudah. Posisi terakhir AMDAL sedang diperbaiki di daerah,” kata Siti di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan bahwa sebetulnya dalam AMDAL yang lama pihak perusahaan sudah memperhatikan kondisi lingkungan, termasuk memperhitungkan pergerakan ikan di sungai sana.

“Tapi sekarang saya rasa sudah begitu luas, IUCN (Lembaga Konservasi Dunia) juga sudah turun. Jadi kita lihat saja nanti seperti apa,” kata Siti.

Sebab, menurut dia, dulu AMDAL dibuat belum memperhitungkan keberadaan spesies baru orangutan Tapanuli atau Pongo tapanuliensis, yang baru ditemukan dua atau tiga tahun terakhir.

“Kelihatannya IUCN juga sudah turun. Ya saya bilang kita lihat saja nanti seperti apa,” ujar dia.

Sejumlah hal terkait teknikal pembangunan, koridor satwa, perbaikan kawasan di Ditjen Planologi, menurut dia, menjadi beberapa rekomendasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait revisi AMDAL pembangunan pembangkit listrik yang didanai Bank of China tersebut.

Proyek PLTA Batang Toru menjadi sorotan karena pembangunannya berada di habitat 800 orangutan tapanuli. Proyek pembangkit listrik berdaya 510 megawatt (MW) tersebut

Proyek yang dikerjakan PR North Sumatera Hydro Energy (NHSE) tersebut menggunakan bendungan setinggi 72,5 meter sebagai penampungan air. Air yang ditampung kemudian dialihkan melalui terowongan bawah tanah sepanjang 13 kilometer untuk menggerakkan empat turbin yang memutar generator pembangkit.

Untuk menggerakan turbin, aliran sungai dari bagian hulu akan ditampung selama 18 jam kemudian dilepaskan selama 6 jam. Pola operasi seperti ini dinamakan peaker, dimana suplai listrik dialirkan saat kebutuhan listrik memuncak.

Baca juga: Orang utan dikhawatirkan punah akibat pembangunan PLTA Batang Toru

Baca juga: Peneliti: perlu hutan buatan dorong interaksi Orangutan Tapanuli


Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019