Denpasar (ANTARA) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengingatkan Institut Teknologi dan Bisnis Stikom Bali untuk terus membuka berbagai program studi yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri, seiring dengan perubahan bentuk salah satu kampus unggulan di Bali itu.

"Kalau sebelumnya hanya satu bidang saja, dengan berubah menjadi institut, program-program yang ditawarkan harus lebih dari satu bidang. Sekarang sudah punya bidang ilmu komputer, teknologi informasi, harus dikembangkan lagi untuk bidang-bidang bisnis dan sesuai kebutuhan industri," kata Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Prof Ainun Na’im, PhD, MBA, di Kampus ITB Stikom Bali, di Denpasar, Jumat.

Prof Ainun dalam kesempatan tersebut datang untuk menyerahkan salinan Keputusan Menristekdikti No 357/KPT/I/2019 tentang Izin Perubahan Bentuk Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (Stimik) Stikom Bali menjadi Institut Teknologi dan Bisnis Stikom Bali.

"Selain membuka prodi-prodi yang lebih relevan dengan kebutuhan industri, bisa dikembangkan lagi relevansinya kurikulum yang lebih baik dengan intensif ke bidang industri dan bisnis," ucapnya.

Yang tidak kalah penting, lanjut Prof Ainun, harus didukung peningkatan kapasitas dan kualitas dosen, termasuk memenuhi kebutuhan infrastruktur (khususnya laboratorium) yang mendukung proses pembelajaran mahasiswa.

Sementara itu, Rektor ITB Stikom Bali Dr Dadang Hermawan mengatakan, dengan keluarnya SK perubahan bentuk kampus setempat menjadi institut, maka pihaknya juga segera membuka prodi di bidang bisnis diantaranya Digital Bisnis, Digital Perpajakan dan Digital Akuntansi.

Di samping itu, dari tiga program studi yang sudah ada yakni Sistem Informasi (S1), Sistem Komputer (S1) dan Manajemen Informatika (D3), juga akan ditambah dengan Prodi Teknologi Informasi (S1).

"Terkait rencana membuka tiga prodi di bidang bisnis itu akan kami godok dengan teman-teman di Yayasan Widya Dharma Shanti, para dosen dan para pejabat struktural. Nantinya akan kami ajukan untuk mendapatkan izin dari Kemenristekdikti," ujar Dadang.

Selama ini pihaknya juga telah mengembangkan Inkubator Bisnis dan startup. Bahkan hingga mendapatkan hibah dari Kemenristekdikti dengan total Rp1,5 miliar untuk empat startup dan 1 inkubator bisnis.

"Dengan dukungan motivasi dari pemerintah untuk mendorong mahasiswa menjadi pengusaha-pengusaha ini, siapa tahu nanti dari Bali muncul unicorn-unicorn baru," kata Dadang.

Sedangkan Prof Dr I Made Bandem, Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti yang menaungi ITB Stikom Bali berpandangan dengan kampus setempat telah menjadi institut dapat menjadi wadah untuk semakin mengembangkan ekonomi kreatif yang berbasis inovasi, seni, budaya, kerajinan dan sebagainya.

"Mudah-mudahan kami dapat menjadi institut teknologi dan bisnis yang benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat dan semakin diteladani," ucapnya.

Apalagi, selama ini, lanjut Prof Bandem, di Stikom Bali juga didukung 34 unit kegiatan mahasiswa yang berbasiskan budaya dan seni, yang menjadi modal untuk mengembangkan berbagai kreativitas mahasiswa.

Acara penyerahan SK Perubahan Bentuk Stimik Stikom Bali menjadi Institut Teknologi dan Bisnis Stikom Bali itu dihadiri pula oleh Kepala LLDIKTI Wilayah VIII Prof Dr I Nengah Dasi Astawa, para pendiri Yayasan Widya Dharma Shanti, perwakilan Pemprov Bali, para dosen dan perwakilan mahasiswa.

Baca juga: Universitas di Bali ini bebaskan SPP sejumlah mahasiswa sampai lulus
Baca juga: Bali jajaki kerja sama dengan Universitas Tsing Hua Tiongkok
Baca juga: Universita Udayana kembangkan konverter gas

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019