Ini juga menunjukkan nasib energi terbarukan masih dipandang kelas dua
Bengkulu (ANTARA) - Ketua Kanopi Bengkulu mendesak pemerintah daerah maupun pusat untuk memperbaiki kerusakan Pembangkit LIstrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat berkapasitas 500 Kilowatt (KW) di Desa Banjar Sari Kecamatan Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.

“Kerusakan sudah setahun dan dibiarkan, jadi pemerintah jangan hanya bisa membangun dengan dana miliaran rupiah tapi pemeliharaan tidak ada,” kata Ketua Kanopi Bengkulu, Ali Akbar di Bengkulu, Senin.

Ia mengatakan keberadaan PLTS terpusat sangat strategis di pulau terluar yang dihuni lebih dari 3.000 jiwa itu bila dibandingkan dengan pembangkit tenaga diesel yang saat ini diusahakan PT PLN.

Pembangkit tenaga diesel bergantung pada ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) di mana pengirimannya harus melalui pelayaran, dan aktivitas tersebut sangat bergantung pada kondisi cuaca di perairan Bengkulu dan Enggano.

“Ini juga menunjukkan nasib energi terbarukan masih dipandang kelas dua dan belum menjadi skala prioritas untuk dikembangkan atau dijaga keselamatannya,” ucapnya.

Kanopi kata Ali yang selama ini gencar mendorong pemerintah mengakhiri penggunaan energi kotor batu bara untuk listrik dan mendorong penggunaan energi terbarukan menilai pengembangan energi ramah lingkungan masih dipandang sebelah mata.

Tidak hanya PLTS berkapasitas 500 KW di Enggano, keberadaan PLTS di pusat pariwisata Pantai Panjang juga hampir sama kondisinya.

Sebelumnya, Ketua BUMDes Banjar Sari, Ersada Kaban mengatakan pembangkit tersebut sudah tidak bisa dipakai sejak Juni 2018.

“Padahal kami masih membutuhkan listrik dari PLTS ini,” kata Ersada.

Ia mengatakan proyek PLTS terpusat tersebut dibangun dengan dana mencapai Rp5 miliar kemudian diserahkan ke pemerintah desa pada 2015.

Saat diserahterimakan, kata Ersada, tidak ada warga desa yang dilatih untuk memahami teknis pemeliharaan pembangkit tersebut.

Setelah diserahkan ke pemerintah desa, katanya, pemerintah desa menyerahkan pengelolaan proyek tersebut ke pengurus BUMDes. Namun, sejak Juni 2018 pembangkit tersebut tidak lagi menghasilkan listrik.

“Kami sudah bersurat ke Pemkab Bengkulu Utara, tapi belum ada tanggapan sementara kami tidak tahu cara memperbaiki karena tidak ada teknisi yang mendampingi,” katanya.

Sementara Kepala Bidang Energi dan Ketenagalistrikan Dinas ESDM Provinsi Bengkulu Antoni Doloksaribu mengatakan, setelah dibangun pengelolaan PLTS tersebut langsung diserahkan ke masyarakat sehingga pihaknya tidak mengetahui kalau ada kerusakan.

"Saya kurang tahu (kondisi PLTS). Kita tidak cek. Mungkin tidak dirawat. Karena sudah diserahkan ke masyarakat, tanggung jawab peneliharaannya oleh masyarakat setempat," katanya.

Pulau Enggano merupakan pulau terluar yang berada di tengah Samudera Hindia. Warga bermukim di enam desa di pulau ini yaitu Malakoni, Kahyapu, Meok, Kaana, Apoho dan Banjar Sari.

 
Baca juga: Di Pulau Enggano PLTS terpusat terbengkalai
Baca juga: Pengembangan PLTS masih minim terganjal regulasi

Pewarta: Helti Marini S
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019